Makalah Tentang Tuduhan Palsu Orang-Orang Kafir Terhadap Al-Quran
Al-Quran tidak diturunkan oleh Allah SWT sekedar untuk mencari berkah dari
membacanya, menjadi hiasan dinding rumah, ataupun dibacakan kepada orang
yang meninggal dunia agar mendapat rahmat dari Allah SWT. Sesungguhnya
Allah menurunkan Al-Quran untuk memastikan petunjuk-Nya bagi perjalanan
hidup manusia, sehingga kehidupan mereka dapat diatur dengan petunjuk dan
agama yang diturunkan-Nya. Dengan cahaya petunjuk-Nya, Allah memberikan
petunjuk kepada umat manusia untuk menuju jalan yang lurus, mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang.
Namun, seiring diturunkannya Al-Quran, begitu pihak-pihak seperti
orang-orang kafir, musyrik, dan munafik yang mencoba memutarbalikkan
Al-Quran, memalsukan dan mendustakannya, mengatakan bahwa Al-Quran adalah
syair dan buku dongeng, dan lain sebagainya yang bertujuan meremehkan
Al-Quran. Pernyataan ini sungguh jauh dari kebenaran yang sebenarnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh permasalahan ini, penulis akan
membahas tentang tuduhan-tuduhan palsu yang dilontarkan oleh orang kafir
terhadap Al-Quran pada Bab selanjutnya.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Al-Quran ?
2. Bagaimanakah sejarah pengkodifikasian Al-Quran ?
3. Apa sajakah fungsi Al-Quran ?
4. Bagaimanakah yang dimaksud Al-Quran sebagai pedoman hukum bagi manusia ?
5. Bagaimanakah tuduhan palsu orang-orang kafir terhadap Al-Quran ?
6. Bagaimanakah janji Allah menjaga keaslian Al-Quran ?
7. Bagaimanakah tantangan Allah bagi orang yang mendustakan Al-Quran ?
8. Bagaimanakah dampak bagi orang yang mendustakan Al-Quran ?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Quran.
2. Untuk mengetahui sejarah pengkodifikasian Al-Quran.
3. Untuk mengetahui fungsi Al-Quran.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud Al-Quran sebagai pedoman hukum bagi
manusia.
5. Untuk mengetahui tuduhan palsu orang-orang kafir terhadap Al-Quran.
6. Untuk mengetahui janji Allah menjaga keaslian Al-Quran.
7. Untuk mengetahui tantangan Allah bagi orang yang mendustakan Al-Quran.
8. Untuk mengetahui dampak bagi orang yang mendustakan Al-Quran.
SEKILAS GAMBARAN TENTANG AL-QURAN
A. Pengertian Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Quran
merupakan puncak dan penutup dari segala wahyu Allah yang diperuntukkan
bagi manusia, disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan
malaikat Jibril. Al-Quran juga merupakan kitab yang mempunyai sejarah
panjang dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Al-Quran sebagai
wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah SAW, mempunyai dua pengertian, yaitu
pengertian secara bahasa dan pengertian secara istilah.
Pengertian Al-Quran dari segi bahasa adalah bacaan. Kata Al-Quran merupakan
bentuk mashdar dari kata qara’a – yaqra’u – qar’an wa qur’anan, yang
berarti membaca. Sedangkan pengertian Al-Quran dari segi istilah adalah kalam Allah SWT yang diturunkan secara mutawatir kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, membacanya memiliki nilai
ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW bukan hanya untuk
memperkuat kerasulan dan sebagai kemukjizatannya yang abadi. Namun,
Al-Quran juga diturunkan mempunyai fungsi dan tujuan bagi umat manusia.
[1]
B. Sejarah Pengkodifikasian Al-Quran
Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6236 ayat. Al-Quran tidak
diturunkan secara sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya Al-Quran
menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan Madinah. Periode Mekkah
berlangsung selama 13 tahun yaitu masa kenabian Rasulullah SAW. Dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong Surat Makkiyah. Sedangkan
periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah yang berlangsung selama 10.
Dan surat yang turun pada waktu ini disebut surat Madaniyah.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara
lain :
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi Muhammad SAW merasakan wahyu itu
telah berada dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan
mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi Muhammad SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW seperti gemerincing lonceng. Menurut
beliau cara ini yang paling beliau rasakan, sampai-sampai beliau
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat
dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujud yang
aslinya. Setiap kali mendapat wahyu, Nabi Muhammad SAW lalu menghafalnya.
Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yan telah
disampaikan Jibril kepadanya.
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah
SAW. Bahkan setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, beliau langsung
membacakannya di hadapan para sahabat dan mengajarkan para sahabat.
Selanjutnya beliau menyuruh mereka untuk menghafalkannya. Nabi Muhammad SAW
juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah
kurma, lempengan-lempengan batu, kulit unta, dan kain. Saat beliau masih
hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-Quran yaitu, Zaid
bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, dan Ubay bin
Ka’ab.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, terdapat perang yang sangat besar yaitu
Perang Riddah. Pada peperangan ini menewaskan para hafiz yang begitu
banyak. Hal ini membuat Umar bin Khatab sangat khawatir. Ia menyuruh Abu
Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Quran. Al-Quran yang ada pada
saat itu tersebar kepada para sahabat. Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit
untuk mengkoordinir. Setelah selesai, ang mneyimpan mushaf tersebut adalah
Abu Bakar.
Pada masa Usman bin Affan terdapat keberagaman dalam membaca Al-Quran, yang
menyebabkan adanya perbedaan dialek antara suku-suku yang berbeda-beda.
Usman bin Affan khawatir dengan perbedaan tersebut, ia ingin menyalin dan
membukukan Al-Quran atau menjadikan mushaf. Dalam melakukan pembukuan ini,
Usman bin Affan menyuruh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin
Al’Ash dan Abdurrahman bin Al Harisi. Hingga saat ini Al-Quran yang kita
pakai adalah hasil dari transformasi pada zaman Usman bin Affan.
Dengan demikian, tidak lagi terjadi perbedaan pembacaan Al-Quran, maka
Al-Quran diberi harakat. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para pembaca
untuk mengetahui lafadz dari Al-Quran tersebut dengan benar. Adapun yang
memberikan harakat pada Al-Quran adalah Abu Al-Aswan Ad-Dualy. Namun, belum
sempurna sehingga disempurnakan oleh Nashir bin Ashim dan Yahya bin Ya’mar.
[2]
C. Fungsi Al-Quran
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Quran yang terjaga dari
penyimpangan dan pemutarbalikkan fakta, agar dipakai sebagai petunjuk dan
pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-A’raf ayat 158 :
ö@è% $ygr'¯»t ÚZ$¨Z9$# ÎoTÎ) ãAqßu «!$# öNà6ös9Î) $·èÏHsd Ï%©!$#
¼çms9 Ûù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ¾Çósã
àMÏJãur ( (#qãYÏB$t«sù «!$$Î/ Ï&Î!qßuur ÄcÓÉ<¨Y9$# ÇcÍhGW{$#
Ï%©!$# ÚÆÏB÷sã «!$$Î/ ¾ÏmÏG»yJÎ=2ur çnqãèÎ7¨?$#ur öNà6¯=yès9 crßtGôgs?
ÇÊÎÑÈ
Artinya :
“Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
Jika dipandang dari sudut subtansinya, fungsi Al-Quran sebagaimana tersurat
nama-namanya dalam Al-Quran adalah sebagai berikut :
1. Al-Huda (petunjuk).
Dalam Al-Quran terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Quran sebagai
petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, petunjuk bagi
orang yang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang yang beriman.
2. Al-Furqan (pembeda).
Al-Quran dikatakan bahwa ia adalah untuk membedakan bahkan memisahkan
antara yang haq dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah.
3. Asy-Syifa (penawar).
Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit yang diderita oleh manusia. Karena dengan Al-Quran inilah
yang dapat membuat ketenangan jiwa seseorang sehingga dapat membuatnya
terhindar dari berbagai penyakit.
4. Al-Mauizah (nasehat)
Dalam Al-Quran dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai penasihat bagi manusia.
Setiap manusia yang bertakwa maupun tidak bertakwa, Al-Quran tetap
memberikan nasehat.
[3]
Adapun fungsi Al-Quran jika dilihat dari realitas kehidupan manusia yaitu
sebagai berikut :
1. Al-Quran sebagai petunjuk jalan yang lurus bagi kehidupan manusia.
2. Al-Quran sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW.
3. Al-Quran menjelaskan kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang
membedakannya dari makhluk lain.
4. Al-Quran sebagai korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumya.
5. Al-Quran menjelaskan kepada manusia tentang masalah yang pernah
diperselisihkan umat-umat terdahulu.
6. Al-Quran berfungsi untuk memantapkan iman.
7. Al-Quran sebagai tuntunan dan hukum untuk menempuh kehidupan.
[4]
D. Al-Quran Sebagai Pedoman Hukum Bagi Manusia
Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar selamat
dunia dan akhirat. Ia tidak diturunkan khusus untuk suatu kaum atau bangsa,
tetapi untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Bila diperhatikan bahwa
Al-Quran dalam menetapkan hukum disesuaikan dengan perkembangan situasi dan
kondisi saat itu secara bertahap, di samping itu juga memperhatikan
perkembangan jasmani dan rohani manusia, karena manusia itu berawal dari
kelemahan dan ketidakmampuan. Memperhatikan kondisi manusia yang demikian
itu, maka Al-Qur’an dalam menetapkan hukum berpedoman kepada tiga hal,
yakni :
1. Tidak memberatkan atau menyulitkan (‘Adamul Haraj)
Allah SWT menjadikan agama ini pada dasarnya agar seluruh syariat yang
ditetapkan supaya dapat dilaksanakan hamba-Nya dengan sebaik-baiknya. Oleh
sebab itu, maka syariat yang ditetapkan memperhitungkan kemampuan
hamba-Nya. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 :
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pkön=tãur
$tB ôMt6|¡tFø.$# 3 ..... ÇËÑÏÈ
Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya...”
2. Tidak banyak beban (Qilatut Takhlif)
Allah SWT menghendaki kemudahan, tidak menghendaki kesulitan. Untuk itu
maka hukum-hukum yang ditetapkan-Nya pun tidak banyak mengandung beban bagi
mukallaf. Sebab jika mengandung banyak beban, berarti tujuan mempermudah
pelaksanaan agama itu tidak tercapai. Banyak dijumpai beberapa rukhsah dalam melaksanakan ibadah yang kaitannya untuk menyedikitkan
beban, misalnya :
a. Boleh tidak puasa bagi musafir dan orang sakit
b. Boleh menjamak atau mengqasar shalat bagi musafir bila memenuhi
syarat-syaratnya.
c. Boleh bertayamum sebagai ganti wudu atau mandi bila tidak ditemukan air
atau hal lain yang dibolehkan syara’
d. Boleh makan-makanan yang haram bila dalam keadaan darurat, asal tidak
berlebih-lebihan.
3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum (At-Tadrij)
Al-Qur’an diturunkan saat bangsa Arab masih dalam masa kebodohan dan masih
kuat berpegang kepada adat dan budaya nenek-moyangnya. Dalam keadaan
demikian, seandainya hukum-hukum Al-Qur’an diberikan kepada mereka secara
sekaligus, tentunya mereka tidak sanggup menerimanya, bahkan mungkin mereka
tidak akan mau menerima Islam. Oleh sebab itu, hukum-hukum syar’i
diturunkan secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, sehingga dengan
tidak terasa mereka meninggalkan adat istiadat dan kebiasaan mereka yang
bertentangan dengan syariat islam.
Contoh yang menonjol dalam hal ini adalah minum khamar. Minum khamar
merupakan adat kebiasaan bangsa Arab saat itu, sehingga untuk menghapusnya
perlu banyak waktu dan tidak sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit. Tahap
pertama disebutkan minum khamar itu berdosa sekalipun ada manfaat dan
mudaratnya, namun mudaratnya lebih banyak dibanding manfaatnya. Firman
Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 219 :
* y7tRqè=t«ó¡o ÇÆtã ÌôJyø9$# ÎÅ£÷yJø9$#ur ( ö@è% !$yJÎgÏù ÖNøOÎ)
×Î72 ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 !$yJßgßJøOÎ)ur çt9ò2r& `ÏB $yJÎgÏèøÿ¯R 3
tRqè=t«ó¡our #s$tB tbqà)ÏÿZã È@è% uqøÿyèø9$# 3 Ï9ºxx. ßûÎiüt7ã
ª!$# ãNä3s9 ÏM»tFy$# öNà6¯=yès9 tbrã©3xÿtFs? ÇËÊÒÈ
Artinya :
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.”
Tahap selanjutnya ditegaskan lagi bahwa orang yang sedang mabuk (baru minum
khamar) tidak boleh melaksanakan shalat, sampai dia sadar kembali dan
mengerti bacaan yang diucapkannya. Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa’
ayat 43 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur
3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? ..... ÇÍÌÈ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”
Tahap ketiga baru dipertegas bahwa minum khamar itu termasuk perbuatan
setan dan berdosa, sehingga harus ditinggalkan agar termasuk orang yang
mendapat keberuntungan (di dunia sampai di akhirat). Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Maidah ayat 90 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä $yJ¯RÎ) ãôJsø:$# çÅ£øyJø9$#ur
Ü>$|ÁRF{$#ur ãN»s9øF{$#ur Ó§ô_Í ô`ÏiB È@yJtã Ç`»sÜø¤±9$#
çnqç7Ï^tGô_$$sù öNä3ª=yès9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÒÉÈ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”
Maka sudah sepantasnyalah Al-Quran menjadi pedoman hukum yang terbaik dan
dan abadi yang berlaku sepanjang masa.
[5]
TUDUHAN PALSU ORANG-ORANG KAFIR TERHADAP AL-QURAN
A. Tuduhan Palsu Orang-Orang Kafir Terhadap Al-Quran
Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan agama Islam dan umatnya serta
menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai-Nya. Dan adalah
suatu kepastian bahwa umat Islam akan berjaya di bawah naungan al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah SAW hingga hari kiamat. Walaupun orang-orang kafir
dan musyrik membencinya. Berbagai syubhat dan tuduhan palsu telah banyak
dilontarkan oleh orang-orang kafir dan orientalis. Dan ikut pula dibantu
oleh para murtaddin (orang-orang murtad) yang begitu bangga dengan
kemurtadannya seperti yang terlihat pada perilaku mereka, seakan tanpa ada
kesalahan sedikitpun. Mereka melontarkan syubhat baik dengan cara halus
dengan membawa-bawa Ayat al-Qur’an dan membawanya kepada makna-makna yang
mereka kehendaki ataupun cara kasar dengan cacian dan terang-terangan
menjelek-jelekan Islam dan pembawa risalahnya yaitu Rasulullah Muhammad
SAW.
Orang-orang kafir terus saja selalu melemparkan berbagai tuduhan terhadap
Al-Quran. Hal ini bertujuan menyudutkan kebenaran Al-Quran. Adapun
tuduhan-tuduhan orang kafir tersebut sebagaimana penulis dapatkan yaitu
sebagai berikut :
1.
Orang Kafir mengatakan bahwa Al Qur’an adalah kebohongan dan
cerita-cerita usang. Hal ini diungkapkan oleh
Allah Ta’ala dalam firman-Nya QS. Al-Furqan ayat 4-6 :
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ÷bÎ) !#x»yd HwÎ) î7øùÎ) çm1utIøù$#
¼çmtR%tær&ur Ïmøn=tã îPöqs% crãyz#uä ( ôs)sù râä!%y` $VJù=àß
#Yrãur ÇÍÈ (#þqä9$s%ur çÏÜ»yr& úüÏ9¨rF{$# $ygt7oKtGò2$# }ÏSsù
4n?ôJè? Ïmøn=tã Zotò6ç/ WxϹr&ur ÇÎÈ ö@è% ã&s!tRr& Ï%©!$#
ãNn=÷èt §Åc£9$# Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ¼çm¯RÎ) tb%2 #Yqàÿxî
$\KÏm§ ÇÏÈ
Artinya : “Orang-orang kafir berkata: “Al-Qur’an ini hanyalah perkataan
dusta yang dibuat oleh Muhammad. Dia membuat Al-Qur’an ini dibantu oleh
sekelompok kaum Yahudi dan Nasrani.” Sungguh orang-orang kafir itu
telah berbuat zhalim dan melakukan kebohongan yang sangat keji.
Orang-orang kafir berkata: “Al-Qur’an ini hanyalah dongeng-dongeng
umat-umat masa lalu yang dituliskan dan didiktekan kepada Muhammad pagi
dan sore hari.” Wahai Muhammad, katakanlah: “Al-Qur’an ini diturunkan
dari Tuhan yang mengetahui segala rahasia yang ada di langit dan di
bumi. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang kepada semua makhluk-Nya.”
2.
Orang kafir mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah mimpi-mimpi kalut yang
dibacakan oleh seorang penyair. Karena itu mereka menuduh bahwa
Al-Quran adalah hasil buah karya dari Nabi Muhammad SAW. Mereka
menganggap Nabi Muhammad adalah seorang penyair. Hal ini disebutkan
dalam QS. Al-Anbiya ayat 2-5 :
$tB NÎgÏ?ù't `ÏiB 9ò2Ï `ÏiB NÎgÎn/§ B^yøtC wÎ) çnqãèyJtGó$# öNèdur
tbqç7yèù=t ÇËÈ ZpuÏdw öNßgç/qè=è% 3 (#r| r&ur uqôf¨Z9$# tûïÏ%©!$#
(#qçHs>sß ö@yd !#x»yd wÎ) Öt±o0 öNà6è=÷VÏiB ( cqè?ù'tFsùr&
tósÅb¡9$# óOçFRr&ur crçÅÇö7è? ÇÌÈ tA$s% În1u ãNn=÷èt tAöqs)ø9$#
Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur ßìÏJ¡¡9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÍÈ ö@t/
(#þqä9$s% ß]»tóôÊr& ¥O»n=ômr& È@t/ çm1utIøù$# ö@t/ uqèd ÖÏã$x©
$uZÏ?ù'uù=sù 7pt$t«Î/ !$yJ2 @Åöé& tbqä9¨rF{$# ÇÎÈ
Artinya :
“Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru
(di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang
mereka bermain-main. (Lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai. dan mereka
yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain
hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka Apakah kamu menerima
sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?. Berkatalah Muhammad (kepada
mereka): "Tuhanku mengetahui semua Perkataan di langit dan di bumi dan
Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Bahkan mereka berkata
(pula): "(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah
diada-adakannya, bahkan Dia sendiri seorang penyair, Maka hendaknya ia
mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana Rasul-rasul yang
telah lalu di-utus".
3.
Orang kafir mengatakan bahwa adalah dongeng-dongeng purbakala.
Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-Anfal ayat 30-31 :
øÎ)ur ãä3ôJt y7Î/ z`Ï%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãÏ9 ÷rr& x8qè=çGø)t
÷rr& x8qã_Ìøä 4 tbrãä3ôJtur ãä3ôJtur ª!$# ( ª!$#ur çöyz
tûïÌÅ6»yJø9$# ÇÌÉÈ #sÎ)ur 4n=÷Gè? óOÎgøn=tæ $oYçF»t#uä (#qä9$s% ôs%
$oY÷èÏJy öqs9 âä!$t±nS $oYù=à)s9 @÷WÏB !#x»yd ïcÎ) !#x»yd HwÎ)
çÏÜ»yr& tûüÏ9¨rF{$# ÇÌÊÈ
Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya
upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu,
atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya. Dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya
Kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau Kami
menhendaki niscaya Kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran)
ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala”.
4.
Orang kafir mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa kebohongan dan
sihir yang nyata. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Saba ayat 43 :
#sÎ)ur 4n?÷Gè? öNÍkön=tã $uZçF»t#uä ;M»oYÍht/ (#qä9$s% $tB !#x»yd
wÎ) ×@ã_u ßÌã br& ö/ä.£ÝÁt $¬Hxå tb%x. ßç7÷èt öNä.ät!$t/#uä
(#qä9$s%ur $tB !#x»yd HwÎ) Ô7øùÎ) ZtIøÿB 4 tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx.
Èd,ysù=Ï9 $£Js9 öNèduä!%y` ÷bÎ) !#x»yd wÎ) ÖósÅ ×ûüÎ7B ÇÍÌÈ
Artinya :
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka
berkata: "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin
menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh bapak-bapakmu", dan mereka
berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang
diada-adakan saja". dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran
tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata.”
5.
Orang kafir mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang ahli sihir
yang banyak berdusta. Hal ini sebagaimana diabadikan dalam QS. Shaad
ayat 4-5 :
ü(#þqç6Ågxur br& Mèduä!%y` ÖÉZB öNåk÷]ÏiB ( tA$s%ur tbrãÏÿ»s3ø9$#
#x»yd ÖÅs»y ë>#¤x. ÇÍÈ
Artinya :
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
(Rasul) dari kalangan mereka, dan orang-orang kafir berkata: "Ini
adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.”
Selain tuduhan-tuduhan tersebut, adapula beberapa sikap yang
ditampakkan oleh orang-orang kafir untuk menyudutkan Al-Quran. Di
antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Orang kafir
akan selalu mengganggu dan mengacaukan orang-orang Islam dari Al Qur’an
dengan ajaran-ajaran sesat mereka. Allah berfirman dalam QS. Fushilat
ayat 26 :
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. w (#qãèyJó¡n@ #x»olÎ; Èb#uäöà)ø9$#
(#öqtóø9$#ur ÏmÏù ÷/ä3ª=yès9 tbqç7Î=øós? ÇËÏÈ £`s)ÉãZn=sù tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx. $\/#xtã #YÏx© öNåk¨]tÌôfuZs9ur r&uqór& Ï%©!$#
(#qçR%x. tbqè=yJ÷èt ÇËÐÈ y7Ï9ºs âä!#ty_ Ïä!#yôãr& «!$# â$¨Y9$# (
öNçlm; $pkÏù â#y Ï$ù#èø:$# ( Lä!#ty_ $oÿÏ3 (#qçR%x. $uZÏG»t$t«Î/
tbrßysøgs ÇËÑÈ
Artinya :
“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,
supaya kamu dapat mengalahkan mereka.”
2.
Orang kafir sengaja membutakan matanya, menyuumbat telinganya terhadap
Al-Qur’an. Hal ini sengaja mereka lakukan karena mereka benar-benar
tidak ingin mengikuti dan mengimani Al-Quran. Firman Allah SWT dalam
QS. Fushilat ayat 44 :
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõr& (#qä9$s)©9 wöqs9 ôMn=Å_Áèù
ÿ¼çmçG»t#uä ( @ÏJygõ#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä
Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur w cqãYÏB÷sã þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur
uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã 4 Í´¯»s9'ré& c÷ry$uZã `ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/
ÇÍÍÈ
Artinya :
“Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan
bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat
yang jauh".
3.
Apabila dibacakan Al-Qur’an dihadapan orang kafir, mereka akan
menampakkan wajak jelek dan jahatnya, dan nyaris menyerang orang-orang
beriman. Sikap mereka ini diabadikan dalam QS. Al-Hajj ayat 72 :
#sÎ)ur 4n?÷Gè? öNÎgøn=tæ $uZçF»t#uä ;M»oYÉit/ ÚÍ÷ès? Îû Ínqã_ãr
úïÏ%©!$# (#rãxÿx. tx6ZßJø9$# ( crß%s3t cqäÜó¡o úïÏ%©!$$Î/
cqè=÷Gt öNÎgøn=tæ $uZÏG»t#uä 3 ö@è% Nä3ã¥Îm;tRé'sùr& 9ht±Î0 `ÏiB
â/ä3Ï9ºs 3 â$¨Y9$# $ydytãur ª!$# úïÏ%©!$# (#rãxÿx. ( }§ø©Î/ur
çÅÁyJø9$# ÇÐËÈ
Artinya :
“Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang,
niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang
kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan
ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan
kepadamu yang lebih buruk daripada itu, Yaitu neraka?" Allah telah
mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. dan neraka itu adalah
seburuk-buruknya tempat kembali.”
[6]
B. Janji Allah Menjaga Keaslian Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT.
Cakupannya meliputi seluruh aspek kehidupan baik dunia maupun di akhirat.
Karena Al-Quran diturunkan paling akhir, maka bukanlah sesuatu yang aneh
jika di dalam Al-Quran terdapat kritikan tentang keaslian kitab-kitab suci
yang telah diturunkan sebelumnya. Sudah sangat wajar bila informasi
tersebut tertera di dalamnya. Terlebih semua informasi yang terdapat di
dalamnya harus diyakini kebenarannya, karena setelah Al-Quran tidak ada
kitab suci lagi yang akan turun guna merevisinya. Oleh karena itu, tidak
dibenarkan orang yang mengatakan bahwa kritikan bahkan tuduhan tersebut
hanyalah sebuah kebetulan.
Allah SWT telah berjanji di dalam firman-Nya QS. Al-Hijr ayat 9 :
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran
selama-lamanya. Dalam ayat yang mulia ini pula Allah SWT menjelaskan bahwa
Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan memeliharanya dari penambahan,
pengurangan, maupun pengubahan. Allah SWT memelihara Al-Quran dari upaya
syetan yang ingin menambahkan kebatilan ke dalamnya dan mengurangi
kebenarannya, sehingga Al-Qur’an tetap terpelihara. Al-Qur’an terpelihara
saat diturunkan maupun setelahnya. Saat diturunkan, Allah SWT memeliharanya
dari upaya setan yang ingin mencuri-curi beritanya. Tidak seorang pun yang
berusaha memalingkan salah satu makna pada Al-Qur’an, melainkan Allah SWT
pasti mendatangkan orang yang akan menjelaskan kebenaran yang nyata. Ini
merupakan salah satu tanda keagungan ayat-ayat Allah SWT dan kenikmatan-Nya
terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin.
[7]
Menurut Yahya Abdul Razaq, ada lima fase penjagaan Allah SWT terhadap
Al-Quran, yaitu :
Fase Pertama
, Allah SWT menjaga Al-Quran di Lauhul Mahfudz. Di Lauhul Mahfudz inilah
Al-Quran telah ada dan kekal terjaga. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Buruj
ayat 21-22 :
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ
Artinya :
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.”
Fase Kedua,
Allah SWT menjaga Al-Quran ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Jinn ayat 26-27 :
ãNÎ=»tã É=øtóø9$# xsù ãÎgôàã 4n?tã ÿ¾ÏmÎ7øxî #´tnr& ÇËÏÈ wÎ)
Ç`tB 4Ó|Ós?ö$# `ÏB 5Aqߧ ¼çm¯RÎ*sù à7è=ó¡o .`ÏB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur
¾ÏmÏÿù=yz #Y|¹u ÇËÐÈ
Artinya :
“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada
Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.”
Pada ayat ini dimaksudkan bahwa malaikat Jibril tutrun dengan membawa
Al-Quran dan ikut bersamanya beberapa malaikat dalam rangka menjaga
Al-Quran yang dibawanya. Para malaikat ini juga menjaga di sekeliling
Rasulullah SAW, di depan (muka) , maupun di belakangnya.
Fase Ketiga,
Allah SWT menjaga Al-Quran di dalam hati Nabi Muhammad SAW dan menghimpun
di dadanya yang mulia. Hal ini didasarkan firman Allah SWT dalam QS.
Al-Qiyamah ayat 16-19 :
w õ8ÌhptéB ¾ÏmÎ/ y7tR$|¡Ï9 @yf÷ètGÏ9 ÿ¾ÏmÎ/ ÇÊÏÈ ¨bÎ) $uZøn=tã
¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù
¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ §NèO ¨bÎ) $uZøn=tã ¼çmtR$ut/ ÇÊÒÈ
Artinya :
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”
Fase Keempat,
Allah SWT menjaga Al-Quran ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan dan
membacakannya kepada umatnya dengan tanpa adanya campur tangan di dalamnya
ataupun kesulitan ketika menyampaikannya. Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-Qashash ayat 51 :
* ôs)s9ur $uZù=¢¹ur ãNßgs9 tAöqs)ø9$# öNßg¯=yès9 crã©.xtGt ÇÎÊÈ
Artinya :
“Dan Sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut Perkataan ini (Al
Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.”
Begitupula disebutkan dalam QS. Al-Maidah ayat 67 :
* $pkr'¯»t ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ (
bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4..... ÇÏÐÈ
Artinya :
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak menyampaikan amanat-Nya...”
Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa di antara syarat kenabian Muhammad SAW
adalah menyampaikan Al-Quran secara lengkap dan utuh. Selain itu, Nabi
Muhammad SAW telah menyampaikan Al-Quran dengan tidak mengurangi ataupun
menambahkan satu huruf pun. Karena beliau tidak pernah menyampaikan sesuatu
dengan hawa nafsunya. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam
QS. An-Najm ayat 3-4 :
$tBur ß,ÏÜZt Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÓórur 4Óyrqã ÇÍÈ
Artinya :
“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”
Fase Kelima,
Allah SWT menjaga Al-Quran setelah Nabi menyampaikannya dan ia akan tetap
terjaga dan terpelihara hingga hari kiamat. Pernyataan ini berpijak pada
firman Allah SWT dalam QS. Al-Hijr ayat 9 :
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya :
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya (menjaganya).”
Pada fase yang terakhir ini, terdapat tiga konsekuensi dari kata penjagaan
ini, yaitu :
1. Menjaga huruf-huruf dan kata-katanya secara lengkap berdasarkan
teks-teksnya yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW. Dan
meriwayatkannya secara berkesinambungan (tawatur) dan pasti hingga
hari kiamat.
2. Menjaga keterangan yang terkandung di dalam Al-Quran, yaitu melalui
hadis Nabawi.
3. Menjaga para penghafal Al-Quran dan melestarikan orang yang
menyampaikannya hingga datang keputusan Allah SWT (hari Kiamat). Hal ini
terbukti bahwa Allah SWT telah memilih hamba-hamba-Nya untuk membawakalam-Nya ini tetap terjaga di hati mereka dan memantapkannya secara tawatir sebagaimana ia diturunkan.
Oleh karena itu, hendaklah orang yang menghafal Al-Quran ini merasa gembira
akan keistimewaan yang Allah SWT berikan kepada mereka. Hendaklah mereka
mengetahui betapa besar amanat yang mereka emban dan hendaklah mereka
berada dalam tanggung jawab ini.
[8]
C. Tantangan Allah Bagi Orang Yang Mendustakan Al-Quran
Walaupun orang-orang kafir semakin gencarnya mendustakan dan menuduhkan
kepalsuan atas Al-Quran. Namun, tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena
Allah SWT pasti menjaga Al-Quran selama-lamanya dan menantang orang kafir
untuk membuat ayat semisal dengan Al-Quran. Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Baqarah ayat 23 :
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù
;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ)
öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
Artinya :
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.”
Pada ayat tersebut Allah SWT menantang orang-orang musyrik, munafiq, dan
kafir yang meragukan Al-Quran dengan menyatakan jika mereka masih ragu
tentang kebenaran Al-Quran dan mengatakan bahwa Al-Quran itu adalah buatan
Muhammad, maka cobalah membuat sebuah kitab yang serupa dengan Al-Quran,
walaupun hanya satu surat saja. Jika memang Muhammad yang membuatnya,
tentulah mereka sanggup pula membuatnya. Karena mereka pasti sanggup
melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Dan ajak pula
penolong-penolong, berhala-berhala yang disembah, pembesar-pembesar kalian
jika dengan demikian kalian akan mampu membuat yang semisal dengan
Al-Quran.
Padahal, Allah SWT begitu tegas menyatakan bahwa tidak ada keraguan dalam
kitab suci Al-Quran. Al-Quran adalah benar-benar wahyu yang datang dari
Allah SWT. Al-Quran adalah mukjizat yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa. Karena itu, Al-Quran sebagai wahyu dan mukjizat
tidak akan dapat ditiru oleh siapapun, meskipun manusia itu mengerahkan
seluruh ahli sastra.
Akan tetapi dalam kenyataan, masih begitu banyak manusia yang memiliki
keraguan terhadap kebenaran Al-Quran, bahkan tetap menganggap Al-Quran itu
karangan Muhammad belaka. Faktanya, beliau tidak dikenal sebagai seorang
yang sanggup menyusun rangkaian kata yang tinggi mutu dan kualitasnya.
Beliau tidak pula dikenal sebagai seorang penyair yang sanggup menyusun
rangkaian kata sastra. Beliau adalah Nabi yang Ummi yang tidak bisa
menulis.
Selanjutnya Allah SWT menyebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 24 :
bÎ*sù öN©9 (#qè=yèøÿs? `s9ur (#qè=yèøÿs? (#qà)¨?$$sù u$¨Z9$# ÓÉL©9$#
$ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÅsø9$#ur ( ôN£Ïãé& tûïÌÏÿ»s3ù=Ï9 ÇËÍÈ
Artinya :
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat
tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Al-Quran. Karena itu,
hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan cara mengikuti
petunjuk-petunjuk Al-Quran. Kalau sudah nyata tidak sanggup menandingi
Al-Quran dan memang selamanya tidak akan pernah sanggup, baik rangkaian
kata maupun makna yang terkandung di dalamnya, maka lebih baik tunduk dan
patuh, dan menerima dengan tulus dan ikhlas. Jangan dilanjutkan dengan
sikap keraguan terhadap kebenaran Al-Quran. Karena meneruskan keraguan
terhadap perkara yang sudah nyata kebenarannya, akibatnya hanyalah
penderitaan dan tentulah neraka pada akhirnya. Neraka yang apinya
dinyalakan dengan manusia dan batu, lalu manusia itu dihukum dimasukkan ke
dalamnya bercampur dengan batu-batu itu. Yang mana itu semua disiapkan bagi
orang-orang yang suka menentang kebenaran.
Ali Farkhan Tsani menyatakan :
Hendaklah kita membaca, memahami, dan mentadabburi Al-Quran sekaligus dapat
merasakan kemukjizatannya, baik dari segi aspek bahasa maupun makna
kandungannya. Maka lebih baik kita tunduk dan patuh serta menerimanya
dengan keimanan yang tulus ikhlas. Janganlah sampai dilanjutkan dengan
sikap keraguan. Karena itu dapat meneruskan terhadap perkara yang sudah
nyata akibatnya yaitu kecelakaan bagi diri sendiri. Jika kebenaran telah
diakui oleh hati masih juga ditolak, berarti ia lebih memilih kepada
kesesatan. Dengan demikian, tujuan akhirnya sudah pasti neraka yang bahan
bakarnya manusia dan bebatuan.
[9]
D. Dampak Bagi Orang yang Mendustakan Al-Quran
Orang-orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan ayat-ayat
Allah, bahkan seperti orang kafir dengan tuduhan palsunya yang ditujukan
kepada Al-Quran tidak akan mungkin masuk ke surga. Ketidakmungkinan
tersebut dinyatakan oleh Allah SWT dengan jelas dalam QS. Al-A’raf ayat 40
:
¨bÎ) úïÉ©9$# (#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/ (#rçy9õ3tFó$#ur $pk÷]tã w
ßxGxÿè? öNçlm; Ü>ºuqö/r& Ïä!$uK¡¡9$# wur tbqè=äzôt sp¨Yyfø9$#
4Ó®Lym ykÎ=t ã@yJpgø:$# Îû ÉdOy ÅÞ$uÏø:$# 4 Ï9ºx2ur ÌøgwU
tûüÏBÌôfßJø9$# ÇÍÉÈ
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan.”
Namun, orang-orang yang berbuat demikian demikian terhadap ayat-ayat Allah,
mereka akan menjadi penghuni neraka yang kekal abadi di dalamnya. Hal ini
pula telah dinyatakan oleh Allah SWT pada QS. Al-A’raf ayat 36 :
úïÏ%©!$#ur (#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/ (#rçy9õ3tFó$#ur !$pk÷]tã
y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ysô¹r& Í$¨Y9$# ( öNèd $pkÏù tbrà$Î#»yz ÇÌÏÈ
Artinya :
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”
Pada hakikatnya, orang yang menolak aturan-aturan Allah da menggantinya
dengan hukum-hukum yang dibuat oleh orang kafir, bahkan sampai-sampai
menuduh bahwa ayat Al-Quran itu palsu. Maka, sesungguhnya dia termasuk
kepada orang yang mendustakan dan menyombongkan dirinya di hadapan
ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki karakter
seperti ini tidak akan mungkin bisa masuk ke dalam surga Allah, sebagaimana
tidak mungkinnya unta masuk ke dalam lubang jarum.
Hukum Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran sudah sangat begitu jelas.
Namun, masih saja ada sebagian muslim yang mengesampingkannya. Di antaranya
adalah para penguasa muslim yang berpaham sekulerisme dan bersekutu dengan
orang kafir. Mereka mempunyai tujuan untuk memisahkan agama dan aturan
Allah dari segala lini kehidupan. Bahkan, mereka mengatakan hukum dalam
Al-Quran sudah ketinggalan zaman dan tidak layak diterapkan untuk peradaban
modern. Ungkapan yang semacam inilah yang merupakan bentuk pendustaan dan
kesombongan terhadap hukum-hukum Allah SWT. Jika demikian, sungguh samalah
mereka seperti orang kafir yang mengolok-olok ayat Allah dan menuduh
Al-Quran itu palsu.
[10]
Dari pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa hukum Allah adalah yang
terbaik. Tidak seorang pun yang bisa melebihi hukum Allah. Pantaskah
sebagai manusia yang begitu lemah dan tak berdaya memproduk hukum menurut
hawa nafsu dan akal kita, dengan mengesampingkan ayat (hukum) Allah SWT.
Jika hal ini sampai dilakukan, sungguh ini adalah kesombongan dan
pendustaan yang sangat nyata. Wajar saja, bila Allah mengganjar mereka
dengan siksaan yang sangat pedih dan dimasukkan ke dalam neraka
selama-lamanya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah panjang lebar membahas makalah ini, adapun kesimpulan yang dapat
dipetik adalah sebagai berikut :
1. Al-Quran dari segi istilah adalah kalam Allah SWT yang diturunkan
secara mutawatir kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan
malaikat Jibril, membacanya memiliki nilai ibadah, dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
2. Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6236 ayat. Al-Quran tidak
diturunkan secara sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya Al-Quran
menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan Madinah
3. Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Quran yang terjaga
dari penyimpangan dan pemutarbalikkan fakta, agar dipakai sebagai petunjuk
dan pedoman hidup di dunia fana ini.
4. Orang kafir melontarkan berbagai macam tuduhan palsu terhadap Al-Quran
seperti mengatakan bahwa Al-Quran adalah buku dongeng purbakala, kitab
syair, karangan Muhammad, perkataan sihir yang nyata, dan masih banyak
lagi.
5. Walaupun tuduhan yang dilontarkan orang kafir berbagai macam, namun
Allah tetap menjaga Al-Quran dari segala bentuk kekurangan dan penambahan
sampai hari Kiamat.
6. Allah SWT menegaskan barangsiapa yang berani mendustakan Al-Quran maka
mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih dan kekal di dalam neraka.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran supaya makalah ini bisa
lebih sempurna di kemudian harinya. Karena penulis hanyalah seorang santri
biasa yang sedang belajar. Selain itu penulis juga mengharapkan kepada
pembaca agar mengokohkan keimanan. Janganlah mudah percaya dengan
tuduhan-tuduhan palsu dari orang kafir yang ditujukan terhadap Al-Quran.
Karena sesungguhnya Al-Quran itu telah dijaga oleh Allah SWT dan terlepas
dari kesalahan.
[1]
Ahmad Yasin, Modul Pendidikan Islam, (Diponegoro : Wilian
Press, 2002), hal. 4
[2]
Bambang Ariawan, Metodologi Studi Al-Quran, (Bandung :
Pustaka Setia, 2008) hal. 49
[3]
Mardan, Memahami Al-Quran Secara Utuh, (Makassar : Alauddin
Press, 2009) hal. 26
[4]
Rudi Arlan, Ulumul Quran, (Jakarta : Pustaka Litera Antar
Nusa, 2001) hal. 17
[5]
M. Rizal Qosim, Pengamalan Hukum Al-Quran (Sidogiri : Pena
Nusantara, 2013), hal. 40 - 42
[6]
Hasan Assagaf, Quran Dari Zaman ke Zaman, (Bandung : Angkasa
Putra, 2008) hal. 138
[7]
Rifa’i Syauqi Nawawi, Kepribadian Al-Quran, (Jakarta :
Amzah, 2004) hal. 28
[8]
Yahya Abdul Razaq, Bagaimana Al-Quran Dijaga, (Jakarta :
Pustaka At-Tazkia, 2007) hal. 77-79
[9]
Ali Farkhan Tsani, Sebuah Kitab Terbaik, (Surabaya : Gloria
Offset, 2014) hal. 92-93.
[10]
Syahrin Harahap,
Islam Dinamis : Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran Al-Quran dalam
Kehidupan Modern
, (Yogyakarta : Tiara Kencana, 2007) hal. 163-164.
No comments