Makalah Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Jiwa, Tauhid, Tasawuf, Pendidikan, Pengetahuan, dan Filsafat
Tidaklah diragukan lagi jika misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan
akhlaknya yang prima,hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al
Quran.
Kepada umat manusia,khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak
dan keluhuran Nabi Muhammad SAW itu dijadikan contoh dalam berbagai
bidang.Mereka yang mematuhinya dijamin akan keselamatan hidupnya di dunia
maupun di akhirat.
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya pemikiran manusia dalam berbagai
ilmu pengetahuan,manusia lupa akan apa-apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW akan pengaplikasian serta penerapan akhlak dalam lini ilmu
pengetahuan tersebut.
Sesuatu yang mungkin dapat memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu
tersebut disalahgunakan untuk berbagai aksi kejahatan serta menyeleweng
dari ilmu akhlak.Demikian pula adanya persaingan hidup yang sangat
kompetitif yang dapat membawa manusia mudah stress dan frustasi,akibatnya
menambah orang yang sakit jiwa.Pola hidup yang seperti inilah yang perlu
kita kaji serta kita hubungkan dengan ilmu akhlak.
Baiklah,untuk lebih jelasnya lagi,Insya Allh kami akan mencoba untuk
mengkaji sedikit masalah hubungan ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya pada Bab
selanjutnya.....
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa ?
2. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf ?
3. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid ?
4. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan ?
5. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat ?
6. Bagaimanakah hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sains ?
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa.
2. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid
4. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan.
5. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat.
6. Untuk mengetahui hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sains.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU- ILMU LAINNYA.
A.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU JIWA
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan
proses mental yang terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini
meneliti tentang peranan yang dimainkan dalam perilaku manusia. Psikologi
meneliti tentang suara hati (dhamir), kemauan (iradah), daya ingat,
hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-kecenderungan (awathif)
manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang menggerakkan perilaku
manusia. Dengan demikian, psikologi merupakan mukadimah pokok sebelum
mengkaji tentang akhlak. Prof. Ahmad Luthfi berpendapat, “ilmu akhlak tidak
akan bisa dijabarkan dengan baik tanpa dibantu oleh ilmu jiwa (psikologi)”.
Itulah yang menyebabkan Imam Al-Ghozali sebelum mengajar ilmu akhlak,
beliau mengajarkan terlebih dahulu kepada muridnya mengenai ilmu jiwa, dan
itulah mengapa Imam Al Ghazali menyusun kitab Ma’arijul Qudsi Fi Madaariji
Ma’riftin Nafsi
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek batin yang di dalam Qur’an
diungkapkan dengan istilah insan. Dimana istilah ini berkaitan erat dengan
kegiatan manusia yaitu kegiatan belajar, tentang musuhnya, penggunaan
waktunya, beban amanah yang dipikulkan, konsekuensi usaha perbuatannya,
keterkaitan dengan moral dan akhlak, kepemimpinannya, ibadahnya dan
kehidupannya di akhirat. Quraish Shihab mengemukakan bahwa secara nyata
terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan
baik dan sebaliknya. Berarti manusia memiliki kedua potensi tersebut.
Beliau mengutip ayat yang berbunyi:
Artinya :
D
an Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
(
jalan kebajikan dan jalan kejahatan
)...QS : Al Balad ayat 10.
Artinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. QS :
Asy Syams ayat 7-8.
Dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan
dan keburukan. Potensi rohaniah secara lebih dalam dikaji dalam ilmu jiwa.
Untuk mengembangkan ilmu akhlak kita dapat memanfaatkan informasi yang
diberikan oleh ilmu jiwa. Di dalam ilmu jiwa terdapat informasi tentang
perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang usianya.
Pada usia balita anak cenderung emosional dan manja.
Pada usia kanak-kanak anak cenderung meniru orang tuanya dan rekreatif.
Gejala psikologis seperti ini akan memberikan informasi tentang perlunya
menyampaikan ajaran akhlak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam kaitan
ini dapat dirumuskan sejumlah metode dalam menanamkan akhlak yang mulia.
Dengan demikian ilmu jiwa dapat memberikan masukan dalam rangka menentukan
metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak. Banyak hasil pembinaan akhlak
dilakukan para ahli dengan menggunakan jasa yng diberikan ilmu jiwa,
seperti yang dilakukan para psikolog terhadap perbaikan anak nakal,
berperilaku menyimpang dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada
dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang
sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat
tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku .
[1]
B.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TASAWUF
Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan.
Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama
manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara
manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf,
sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Pengertian Ilmu
Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait
dengan kebaikan dan keburukan jiwa.
Para ahli ilmu tasawuf membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu tasawuf
falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga macam ini mempunyai
tujuan sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan
perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan
bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Tasawuf falsafi
,menggunakan pendekatan akal pikiran, karena tasawuf ini menggunakan bahan
kajian yang ada di kalangan filosof seperti filsafat keTuhanan, manusia,
hubungan manusia dengan Tuhan dan sebagainya.
Tasawuf akhlaki
, menggunakan pendekatan takhali (mengosongkan diri dari akhlak yang
buruk), tahalli (menghiasi dengan akhlak terpuji) dan tajalli (terbukanya
dinding penghalang/hijab yang membatasi manusia dengan Tuhan) sehingga nur
Illahi nampak jelas padanya.
Sedangkan tasawuf amali, menggunakan pendekatan amaliyah atau
wirid, yang kemudian bersifat tarikat. Dengan mengamalkan dari salah satu
tasawuf ini dengan sendirinya manusia akan berakhlak mulia dengan penuh
kesadaran, sengaja, pilihan sendiri dan bukan terpaksa.
Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti
shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Menurut Harun Nasution hubungan
antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf lebih lanjut dapat diuraikan sebagai
berikut: Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan
Al-Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Al-Hadist menekankan
nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa
keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik
sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian,
hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikir lurus.
Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan
dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.
Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah bahwa
akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi
dari akhlak itu sendiri.
C.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TAUHID.
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid merupakan hubungan yang
bersifat berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Tauhid terlebih dahulu kita mengingat kembali apa
pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid.
Menurut Ibn Maskawih Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Sedangkan Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang membahas tentang
cara-cara mengEsakan Tuhan sebagai salah satu sifat yang terpenting diantar
sifat Tuhan lainnya. Ilmu Tauhid dengan segala nama lainnya (Ushul al-Din,
al ‘Aqaid), ilmu ini sangatlah penting yang tidak boleh dibuka atau
dilepaskan begitu saja karena bahayanya sangat besar bagi kehidupan
manusia. Selain itu ilmu Tauhid juga disebut ilmu Kalam. Dalam ilmu ini
menimbulkan pertentangan yang cukup keras dalam umat Islam. Sebagian
berpendapat kalam Tuhan itu adalah makhluk, sebagian berpendapat kalam
Tuhan adalah qadim .
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid dapat dilihat melalui
beberapa analisis :
Pertama
, dilihat dari segi obyek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan
di atas membahas masalah Tuhan baik dari segi Dzat, sifat, dan
perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan
menjadi landasan sehingga perbuatan yang dilakukan manusia semata-mata
karena Allah SWT. Dengan demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan
manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang
mulia. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5:
[2]
Artinya :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus.
Kedua
, dilihat dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang
bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan
dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang
bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam
rukun iman itu. Misalnya jika seseorang beriman kepada malaikat, maka yang
dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang
terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka
dan patuh melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan, percaya kepada
malaikat juga dimaksudkan agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh
para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan Tuhan.
Dengan cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan
akhlak yang mulia. Allah berfirman dalam QS. Al-Tahrim ayat 6 :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan
apa yang diperintahkan.
Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat dilihat dengan jelas adanya
hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid dengan
perbuatan baik yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam
memberikan bahasan terhadap Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan
penjabaran dan pengamalan dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia
tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa Tauhid tidak akan kokoh.
Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi
terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat
antara Tauhid dan Akhlak .
D.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU PENDIDIKAN
a.
Pengertian Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan merupakan hubungan yang
bersifat berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan antara Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Pendidikan terlebih dahulu kita mengingat kembali apa
pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Pendidikan.
Menurut Ibn Maskawih Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf,disebutkan bahwa : Akhlak
adalah perbuatan yang sudah mendarah daging,dilakukan atas kemauan
sendiri,dengan tulus dan sebenarnya,bukan berpura-pura.Perbuatan yang telah
menjadi kepribadiannya.Akhlak sebagai ilmu menentukan perbuatan baik atau
buruk berdasarkan Al Quran dan Sunnah.
[3]
Sedangkan ilmu pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan yang mendidik.
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Menurut Langgulung pendidikan Islam
tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah
Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman),
Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil
Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan
dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan
Islami).
Arti pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam.
Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi
Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan
Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.
b.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam
Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak.
Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur.an dan al-Hadits,
dengan kata lain dasar-dasar yang lain senantiasa dikembalikan kepada
al-Qur.an dan al-Hadits.
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literatur banyak berbicara
mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan
pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain dibahas tentang rumusan tujuan
pendidikan, materi pelajaran (kurikulum), guru, metode, sarana dan
prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar-mengajar, dan lain
sebagainya.
Semua aspek pendidikan ditujukan pada tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan ini dalam pandangan Islam banyak berhubungan dengan kualitas
mansuia yang berakhlak. Ahmad D. Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi
hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri
kepada-Nya.
[4]
Sementara itu Mohd. Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa pendidikan budi
pekerti adalah adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa
pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan.
[5]
Selanjutnya al-Attas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
manusia yang baik. Kemudian Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
[6]
Jika rumusan dari tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan antara satu
dengan yang lainnya. Maka dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang patut dan tunduk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya serta memiliki
sifat-sifat dan akhlak yang mulia. Rumusan ini menggambarkan bahwa antara
Pendidikan Islam dan Ilmu Akhlak ternyata sangat berkaitan erat. Pendidikan
Islam merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang
berakhlak.
Bertolak dari rumusan tujuan pendidikan tersebut,maka seluruh aspek
pendidikan lainnya, yakni materi pelajaran, guru, metode, sarana dan
sebagainya harus berdasarkan ajaran ajaran Islam.
Pendidikan dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan orangtua di rumah, guru
di sekolah dan pimpinan serta tokoh masyarakat di lingkungan. Kesemua
lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan, yang
berarti pula tempat dilaksakannya pendidikan akhlak.
[7]
E.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU FILSAFAT
Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam,
radikal, sampai ke akar-akarnya, universal dan tematik dalam rangka
menemukan inti atau hakikat mengenai segala sesuatu. Di dalam filsafat
segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya.
Kita misalnya melihat berbagai merek kendaraan, lalu kita memikirkannya,
membandingkan antara satu dengan yang lainnya, kemudian kita menemukan inti
atau hakikat kendaraan, yaitu sebagai sarana transportasi.Dengan menyebut
sarana transportasi,maka seluruh jenis dan merek mobil apapun sudah
tercakup di dalamnya.
Di antara filsafat obyek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan Ilmu
Akhlak adalah tentang manusia. Para filosof Muslim seperti Ibn Sina
(980-1037 M.) dan al-Gazali (1059-1111 M) memiliki pemikiran tentang
manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa.
a.
Menurut Ibnu Sina
Ibnu Sina misalnya, mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang
tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan.Jiwa manusia timbul dan
tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa,lahir di
dunia ini.Sungguhpun jiwa manusia tak mempunyai fungsi-fungsi fisik,dan
dengan demikian tak berhajat pada badan,namun untuk menjalanan tugasnya
sebagai daya yang berpikir,jiwa masih berhajat pada badan.Karena pada
permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk berfikir.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibn Sina merupakan
petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber
yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep Ilmu Akhlak.
b.
Menurut Al Ghazali
Dalam hal ini, Al Ghazali membagi umat manusia menjadi tiga golongan.:
Pertama,
Kaum Awam,yang berfikirnya sederhana sekali.
Kedua,
Kaum Pilihan,yang akalnya tajam dan berfikir secara mendalam.
Ketiga,
Kaum Penengkar,
Kaum awam dengan daya akalnya yang yang sederhana sekali tidak dapat
menangkap hakikat-hakikat.Golongan ini harus dihadapi dihadapi dengan sikap
memberi nasihat dan petunjuk.Kaum pilihan yang daya akalnya kuat dan
mendalam harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat,sedang kaum
penengkar yaitu dengan sikap mematahkan argumen-argumen.
Pemikiran al-Gazali ini memberikan petunjuk adanya perbedaan cara
pendekatan dalam menghadapi seseorang sesuai dengan tingkat dan daya
tangkapnya. Pemikiran yang demikian akan membantu dalam merumuskan metode
dan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan akhlak.
c.
Menurut Ibnu Khaldun
Pemikiran tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun.Dalam
melihat manusia Ibnu Khaldun mendasarkan diri pada asumsi-asumsi
kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran
Islam.Ia melihat manusia sebagai makhluk berfikir.Oleh karena itu manusia
mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sifat-sifat semacam ini
tidak dimiliki oleh makhluk lainnya .Lewat kemampuannya dalam berfikir itu,
manusia tidak hanya membuat kehidupannya,tetapi juga menaruh perhatian
terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup.Proses-proses semacam
ini melahirkan peradaban.
Tetapi dalam kacamata Ibnu Khaldun,kelengkapan serta kesempurnaan manusia
tidak lahir dengan begitu saja,melainkan melalui suatu proses.Proses
tersebut dikenal dengan nama evolusi.Berbeda dengan Charles Darwin
(1809-1882) yang melihat proses kejadian manusia sebagai hasil evolusi
makhluk-makhluk organic.Khaldun menghubungkan kejadian manusia (sempurna)
dalam perkembangan dan pertumbuhan alam semesta.
Dalam pemikiran Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah makhluk budaya yang
kesempurnaannya baru akan tewujud manakala ia berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Ia menunjukkan tentang perlunya pembinaan manusia,
termasuk dalam pembinaan manusia dalam pembinaan akhlaknya.
[8]
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu
antara lain:
a.Metafisika : penyelidikan di balik alam yang nyata
b.Kosmologo : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c.Logika : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d.Etika : pembahasan tentang tingkah laku manusia
e.Theodica : pembahasan tentang ke-Tuhanan
f. Antropolog : pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etik atau akhlak termasuk salah satu
komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan
bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya
membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat.
Jadi kesimpulannya hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah
di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau
akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu
tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut
diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik
F.
HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU PENGETAHUAN (SAINS).
Akhlakul Karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur
hubungan antar manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptanya,
Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran.
Umat Islam diwajibkan oleh Allah untuk menuntut ilmu pengetahuan dunia
ataupun akhirat, kita agama Islam adalah agama yang bersandarkan pada ilmu
pengetahuan dan amal yang sempurna.
[9]
Keutamaan orang berilmu ketimbang seseorang yang beribadah seperti
keutamaan bulan purnama terhadap seluruh bintang.Orang berilmu juga berbeda
dengan orang yang tidak berilmu.Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran :
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran
.(QS:Az-Zumar :9)
Allah juga mengangkat derajat bagi orang yang mau menuntut
ilmu.Allah,sebagai
mana firman Allah :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS.Al Mujadilah :11)
Dari firman Allah di atas jelaslah bahwa Islam mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu selama hidupnya dan dengan ilmu itu pemeluknya dapat ber akhlakul karimah.Menuntut ilmu diwajibkan mulai dari buaian sampai
ke liang lahat.Sesorang tanpa ilmu pengetahuan tidaklah berarti apa-apa.
Jadi,sebagai umat Islam harus terus belajar demi meningkatkan ilmu
pengetahuan.Segala macam tentang pengetahuan yang berkenaan dengan alam
disebut dengan Sains.Inilah yang akan diangkat yaitu hubungan akhlak dengan
sains.
Adapun cara untuk menggali sains adalah dengan membaca.Ingat bahwa wahyu
yang pertama yang datang kepada Nabi Muhammad SAW adalah,yang telah
dilahirkan diantara rakyat yang buta huruf,adalah suatu perintah untuk
membaca dan menulis, dan penggunaan pena adalah alat untuk ilmu pengetahuan
tersebut.Allah berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS.Al ‘Alaq :1-5)
Lalu apa hubungannya dengan ilmu Akhlak ?
Nabi Muhammad SAW telah berkata “Islam dibangun atas dasar yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, membayar
zakat, dan haji.
Sebagai contoh,kita mengerjakan shalat,untuk mengetahui bagaimana caranya
kita mengetahui kapan masuknya waktu shalat tersebut,maka kita mempelajari
pula sedikit masalah gejala alam,seperti kapan terbenamnya matahari yang
menandakan masuk waktu maghrib,sebelum terbit fajar sudah masuk shalt
Shubuh.Apabila matahari segalah menunjukkan waktu Dhuhur,dan lain
sebagainya.Sehingga kita bisa mengetahui kapan waktu shalat tiba,
Kemudian puasa.Puasa juga memerlukan pengertian gejala alam, sebagaimana
terbit fajar dan terbenam matahari. Haji mengharuskan pengetahuan dan
tujuan untuk melaksankannya serta syarat dan rukun haji. Membayar zakat
memerlukan pengetahuan matematika dengan kalkulasi pembagian harta yang
dimiliki. Sasaran keseluruhan tersebut adalah pengetahuan di dalam
fakta-fakta sejarah dan petunjuk kepada pengetahuan. Begitu juga
mempelajari Al-quran, pertama kali memerlukan ilmu bahasa yang disusun.Ini
merupakan petunjuk kepada umat manusia untuk menuntut suatu pengetahuan
baik sejarah ,geografi, dan seterusnya.
[10]
Atas dasar itu bagi yang benar-benar mengamalkan ilmunya, ia sudah
tergolong orang yang berakhlakul karimah, tetapi jika sebaliknya,
maka ia termasuk golongan orang-orang yang berakhlakul mazmumah.
Coba sekarang kita perhatikan salah satu contoh fenomena yang terjadi pada
manusia. Kita ambil contoh kasus misalnya seseorang yang mempunyai
pengetahuan tentang ilmu-ilmu agamanya terbatas pasti akan lain perilakunya
dengan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan agama yang lebih.
Akhlak orang yang mempunyai ilmu agama lebih luas tentu akan lebih baik
dari pada orang yang kurang ilmu agamanya. Sudah dikatakan bahwa ukuran
dari penilaian akhlak adalah Al-Quran dan Al-Hadist. Maka dari itu orang
yang mempunyai pengetahuan agama tentu akan lebih terkontrol dalam
berperilaku dalam segala aspek kehidupan ini.
Lain lagi misalnya orang yang menguasai teknologi tentu akan leluasa
berbuat sesuatu dengan teknologinya dibandingkan dengan orang yang tidak
menguasai sama sekali. Namun ini tergantung bagaimana seseorang menggunakan
pengetahuan tentang teknologinya
[11]
Baru saja kita dengar bagaimana Palestina dibantai habis-habisan oleh
Israel. Disini kita bisa ambil dua contoh kasus sekaligus bagaimana Israel
telah menguasai teknologi perangnya. Mereka gunakan ilmu pengetahuan mereka
dalam bidang teknologi untuk membantai kaum muslimin. Sebaliknya kita
melihat begitu sabarnya masyarakat Palestina menghadapi kezaliman yang
ditimpakan kepada mereka.
Disini coba kita lihat latar belakang keduanya jelas sekali bahwa Israel
benar menguasai tehnologi yang begitu canggih, namun mereka tidak mempunyai
pengetahuan tentang konsep kehidupan berdasarkan Al-quran dan Al-hadist.
Sebaliknya tidak demikian dengan bangsa palestina yang mana mereka adalah
kaum muslimin yang tentu saja dengan ilmu pengetahuan keagamaannya tahu
bagaimana harus bersikap menghadapi persoalan yang dihadapi menurut
konsep-konsep yang diajarkan.
Itu adalah salah satu contoh bahwasanya bagaimana ilmu pengetahuan
berpengaruh terhadap akhlak dilihat dari latar belakang bidang ilmu yang
dikuasai, sifat-sifat yang mempengaruhinya sesuai dengan karakter-karakter
ilmu yang dikuasai.
WALLAHU A’LAM BISHSHAWAB.................
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
1. Hubungan ilmu akhlak dengan psikologi adalah ilmu jiwa dan ilmu akhlak
bertemu karena pada dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak
melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa
(psikologi) melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku
2. Hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf adalah Akhlak merupakan pangkal
tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri.
3. Hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid adalah Tauhid memberikan arah
terhadap akhlak, dan akhlak memberikan isi terhadap arahan tersebut.
4. Hubungan Ilmu Akhlak dengan pendidikan adalah bahwa tujuan dari
pendidikan islam pada dasarnya adalah untuk membentuk anak didik yang
berakhlak mulia. Untuk membentuk akhlak tersebut diperlukan sebuah
pendidikan Tujuan pendidikan ini dalam pandangan Islam banyak berhubungan
dengan kualitas manusia yang berakhlak. Ahmad D. Marimba misalnya
mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup
seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi
kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya.
5. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu
filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau akhlak dan
dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu
Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat
terwujud akhlak yang baik
6. Bagaimana ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap akhlak dilihat dari
latar belakang bidang ilmu yang dikuasai, sifat-sifat yang mempengaruhinya
sesuai dengan karakter-karakter ilmu yang dikuasai.
7. Dengan mengetahui berbagai ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak
tersebut, maka seseorang yang akan memperdalam Ilmu Akhlak, perlu pula
melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang disebutkan di
atas. Selain itu uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang sangat akrab atau berdekatan dengan berbagai
permasalahan lainnya yang ada disekitar manusia.
B.
SARAN
Pembahasan makalah diatas masih jauh dari kesempurnaan maka penulis
berharap pada pembaca untuk kritik yang konstruktif demi menyempurnakan
makalah yang kami buat dan penulis menyarankan untuk pembaca tidak hanya
terpacu terhadap makalah yang kami telah buat demi memperluas wawasan
tentang relevansi ilmu pendidikan dengan ilmu akhlaq karena kami sadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan.
[1]
http//:Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Lainnya.html
dikutip pada tanggal:23 November. 13
[2]
http// :
Perbedaan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Lainnya.html
.
dikutip pada tanggal 22 November 2013.
[3]
NATA,Abuddin,Akhlak Tasawuf,(Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada, ,2010) cet.9 ,h.313
[4]
Ahmad D.Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung:PT.Al Ma’arif,1980),cet.IV, h.48-49
[5]
Mohd.Athiyah al-Abrasy,Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam
,(Jakarta:Bulan Bintang,1974), cet.II,h.15
[6]
Jalal,Abdul Fatah,Azas-Azas Pendidikan Islam,
(Bandung:Diponegoro,1990),h.119
[7]
NATA,Abuddin,op.cit.,h.38
[8]
Ibid
.,h.40-41
[9]
Syekh Thanthawi,Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern,
(Surabaya:Al Ikhlas,1984),h.20
[10]
Muhammad Hamidullah,Pengantar Studi Islam,(Jakarta : Bulan
Bintang ,1974),h.235-236
No comments