Makalah Tentang Akhlak Dalam Perspektif Islam
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih,
aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan
sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai
perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat
dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika
masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita
amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran
Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah
pada perilaku yang kurang baik.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan agar akhlak
yang kurang baik dapat diperbaiki sesuai dengan ajaran Islam.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adlah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian akhlak ?
2. Bagaimanakah peran agama sebagai sumber akhlak ?
3. Apa saja jenis-jenis akhlak ?
4. Apa saja faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi akhlak ?
5. Bagaimanakah karakteristik Akhlaqul Karimah ?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam
penulisan makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak.
2. Untuk mengetahui peran agama sebagai sumber akhlak.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis akhlak.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi akhlak.
5. Untuk mengetahui karakteristik Akhlaqul Karimah.
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A.
Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlak.
Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang
berarti “kejadian”, serta erat hubungannya denga kata Khaliq yang
berarti “Pencipta” dan makhluq yang berati “yang diciptakan”
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk,
lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam perbuatan,
sedang yang buruk di benci dan dihilangkan.
Terkadang definisi akhlak (moral) sebagaimana disebutkan di atas dalam
batas-batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja
perbedaan yang pokok antara keduanya sebagai berikut:
1. Moral lebih terarah pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai.
2. Kepribadian mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.
[1]
Demikian para pakar ilmu-ilmu sosial mendefinisikan akhlak (moral). Ada
sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) yaitu mempunyai
empat makna berikut:
1. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu
zaman atau oleh sekelompok, buruk, atau rendah.
2. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik
berdasarkan kelayakan bukannya berdasarkan syarat.
3. Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut
filsafat.
4. Moral adalah Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang
kental yang tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial
Baik dan buruk akhlak manusia sangat tergantung pada tata nilai yang
dijadikan pijakannya. Wahyuddin membagi sistem moralitas menjadi dua.
Pertama, sistem moral yang berdasar kepada kepercayaan kepada Tuhan dan
kehidupan setelah mati. Kedua, sistem moral yang tidak mempercayai Tuhan
dan timbul dari sumber-sumber sekuler
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan
bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap
dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu
dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membeda-kan dirinya dengan orang
lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan dan kadang-kadang bakhil,
maka si A tersebut belum dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan.
Demikian juga jika kepada si B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang
taat beribadah, maka sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di
manapun ia berada.
[2]
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak antara lain:
1. Ibnu Maskawaih (941-1030 M)
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya adapula
yang diperoleh dari kebiasaan berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya
tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus
menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.”
2. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
“Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.”
3. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa
melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada
seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga
merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.”
4. Syekh Makarim Asy-Syirazi
“Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia.”
5. Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H)
“Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yag mandiri dalam
jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
digahului perenungan dan pemikiran.”
[3]
Dari semua pengertian diatas memberikan gambaran bahwa tingkah laku
merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat atau tanpa
dorongan dari luar. Jika baik menurut agama dan pandangan akal tindakan
spontan ini disebut akhlak baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah)
sebaliknya jika akhlak tersebut buruk tindakan spontan ini disebut akhlak
tercela (akhlakul madzmudah).
B.
Agama Sebagai Sumber Akhlak
Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an mengajak pemeluknya untuk
menjalani kehidupan ini seideal mungkin dan secara keseluruhan dalam semua
seginya dan menjadikan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai rujukannya.
Al-Qur’an sebagai bacaan sekaligus pedoman hidup manusia dengan tatanan
nilai dan norma yang menjamin kebahagiaan manusia di dunia maupun di
akhirat. Islam meletakkan landasan perbuatan bagi perkembangan manusia
menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.
Akhlak adalah ajaran Islam yang paling dasar. Jika melihat kepada ajaran
Islam dan kita mulai dari yang paling dasar atau yang paling sederhana,
kita akan dapati bahwa akhlak merupakan kepribadian Rasul SAW dan menjadi
sifat dari ajaran Islam yang dibawanya.
Hal ini sebagaimana sabda beliau :
اِÙ†ّÙ…َا بُعِØ«ْتُ Ù„ِØ£ُتَÙ…ِّÙ…َ Ù…َكاَرِÙ…َ الْØ£َخلاَÙ‚ِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”
Dalam pandangan Islam, akhlak adalah satu-satunya ukuran dan menjadi garis
pemisah antara mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Artinya,
perilaku manusia bisa disebut berkualitas, jika perilaku tersebut disertai
dengan akhlak yang baik. Sebaliknya, jika suatu perbuatan itu tidak
disertai dengan akhlak maka perbuatan itu merupakan perbuatan jelek dan
tidak berkualitas, baik dalam pandangan manusia apalagi menurut pandangan
Allah SWT.
Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik
sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung pada keberadaan akhlaknya. Apabila akhlaknya baik
maka sejahteralah lahir dan batinnya, begitu pula sebaliknya.
[4]
C.
Jenis-Jenis Akhlak
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak
yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak
al-karimah dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
1.
Akhlak Mahmudah / Kharimah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula”
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta
kepada rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’,
taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah,
bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur,
menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang
lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah,
rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, menjaga
kelestarian alam, dan masih banyak lagi yang menjurus kepada kebaikan.
2.
Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain : kufur, syirik, munafik, fasik,
murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros,
dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong,
putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan
akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman
dalam surat At-Tin ayat 4-6 :
Artinya :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih,
mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”
[5]
D.
Faktor-Faktor Yang Membentuk Dan Mempengaruhi Akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak antara
lain adalah:
1.
Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak
lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator
penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
1. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu
hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
2. Naluri Berjodoh (sexual instinct).
3. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
4. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan
diri dari gangguan dan tantangan.
5. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa
perlu dipelajrari terlebih dahulu.
2.
Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat : perbuatan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan
adat kebiasaan.
3.
Warisan (Keturunan)
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua)
kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan
sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian
besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4.
Lingkungan
Lingkungan merupakan salah saru faktor yang mempengaruhi akhlak. Adapun
lingkungan yang dapat mempengaruhi akhlak seseorang adalah sebagai berikut
:
a. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi
Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid,
seorang sahabat membentaknya tapi Nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat
menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari
masyarakat luas tidak tahu norma-norma yang berlaku.
b. Lingkungan Pergaulan
Manusia selalu hidup berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya
manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang
tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak
sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh
guru di sekolah.
[6]
E.
Karakteristik Akhlaqul Karimah
Akhlaqul Karimah (perilaku mulia) mempunyai karakteristik yang jelas dan
nyata bagi pelakunya. Menurut M. Yatimin Abdullah, karakteristik Akhlaqul
Karimah mengacu pada karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu
kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan dan
berbagai disiplin ilmu. Karakteristik ajaran Akhlaqul Karimah, tidak
terlepas dari berbagai disiplin ilmu keislaman, di antaranya :
1. Akhlak di bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik ajaran Akhlaqul Karimah jika dihubungkan dalam bidang ilmu
dan kebudayaan bersifat terbuka dan akomodatif namun selektif. Terbuka dan
akomodatif terhadap masukan dari luar tetapi selektif yaitu tidak begitu
menerima seluruh ilmu dan kebudayaan melainkan sejalan dengan ajaran akhlak
Islami dan syariat Islam itu sendiri.
Tujuan mempelajari Akhlaqul Karimah dalam bidang ilmu dan kebudayaan adalah
untuk mengantarkan umat manusia hidup bahagia, meningkatkan mutu dan
peranan manusia menuju ridha-Nya.
2. Akhlak bidang sosial
Karakteristik Akhlaqul Karimah membimbing pelakunya dalam kehidupan sosial
agar mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang menjadi kesepakatan
bersama sepanjang tidak keluar dari rel kebenaran Islam.
3. Akhlak bidang ekonomi
Karakteristik ajaran Akhlaqul Karimah dalam sistem ekonomi Islam merupakan
kebebasan terhadap pemilik harta kekayaan. Nilai keseimbangan dan nilai
keadilan merupakan kebulatan nilai yang tidak dapat dipisahkan. Tujuan
ekonomi Islam sesuai karakteristik ajaran akhlaqul karimah adalah memenuhi
kebutuhan hidup seseorang secara lengkap dan sederhana, memenuhi kebutuhan
keluarganya, kebutuhan jangka panjang serta memberikan bantuan dan
sumbangan menurut jalan Allah.
4. Akhlak di bidang kesehatan
Karakteristik ajaran Akhlaqul Karimah tentang kesehatan berpedoman pada
prinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati. Untuk menuju upaya
pencegahan tersebut Islam menekankan segi kebersihan lahir seperti
kebersihan bertempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan
dan minuman.
5. Akhlak di bidang politik
Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadap pemimpin. Islam menghendaki
suatu ketaatan kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada kebenaran dari
Allah dan Rasul-Nya maka wajib ditaati. Jika pemimpin tersebut bertentangan
dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya maka boleh dikritik atau diberi saran
agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara yang bijak. Jika cara itu
tidak dihiraukan oleh pemimpin tersebut maka boleh saja untuk tidak
mentaatinya.
6. Akhlak bidang pekerjaan
Karakteristik ajaran Akhlaqul Karimah dalam Islam diantaranya adalah adanya
prinsip keseimbangan. Hal ini terlihat tatkala Nabi saw. melarang seseorang
sahabat beribadah di dalam masjid, tidak pernah bekerja mencari nafkah
untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Dia diberi makan dan minum oleh
saudaranya, maka orang tersebut tidak mendapat pahala.
7. Akhlak bidang Sains Modern
Sains Moderen adalah suatu sikap taat terhadap peraturan tentang suatu
bidang ilmu yang tersusun secara sistematis untuk menciptakan berbagai
macam ilmu pengetahuan dan teknologi mederen.
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah sangat menekankan
pentingnya sains moderen dan disiplin dalam berbagai kehidupan, terutama
disiplin waktu, sampai ada pepatah mengatakan “waktu adalah pedang”, siapa
yang tidak mampu memanfaatkannya maka ia akan tertindas oleh waktu itu
sendiri.
[7]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah menjelaskan panjang lebar, berikut beberapa kesimpulan dari
pemaparan makalah tentang akhlak dalam Islam :
1. Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah
dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
2. Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam.
3. Proses terbentuknya akhlak meliputi, reinforcement (penguatan( yang
diberikan terhadap perilaku manusia, dan adanya peran hereditas, fitrah
manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak.
4. Baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan
menjadi tujuan manusia, sedangkan buruk adalah sesuatu yang tidak berharga,
tidak berguna, merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan.
5. Akhlak manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlak Mahmudah dan Akhlak
Madzmumah. Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji. Sedangkan, Akhlak
Madzmumah adalah akhlak yang tercela.
6. Terdapat empat faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi akhlaq
manusuia, yaitu insting (naluri), adat atau kebiasaan, wirotsah
(keturunan), dan milieu.
7. Untuk membentuk kehidupan yang tentram dan harmonis perlulah manusia
untuk memiliki sifat sabar, adil, syukur dan pemaaf yang harus tertanam di
dalam diri manusia.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran supaya makalah ini bisa
lebih sempurna di kemudian harinya. Karena penulis hanyalah seorang santri
biasa yang sedang belajar.
Selain itu penulis juga mengharapkan kepada pembaca agar tetap dan terus
mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan akhlak. Karena dengan akhlaklah
seseorang menjadi mulia, baik pada pandangan manusia ataupun pada pandangan
Allah.
Dengan demikian, semoga dengan adanya makalah ini bisa sedikit bermanfaat
dalam kehidupan kita untuk memperbaiki akhlak kita menjadi lebih baik lagi.
[1]
Ainan Marzuki, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Rajawali
Pers, 1992) hal. 24
[2]
Wahyuddin , Pendidikan Agama Islam. ( Surabaya : Grasindo
, 2011 ) hal.78
[3]
Zakiah Drajat, Dasar-Dasar Agama Islam. (Jakarta : Bulan
Bintang, 1984) hal. 13
[4]
Zaim El Mubarok, dkk , Islam Rahmatan Lil’alamin (
Semarang : Unnes Press , 2011 ) hal.91
[5]
Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung : CV
Alfabeta, 2006) hal. 43
[6]
Ibid
., hal. 76
[7]
M. Yatimin Abdullah, Akhlakul Karimah, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2007) hal. 29
No comments