Breaking News

Makalah Tentang Ancaman Terhadap Penyembahan Berhala



   Manusia merupakan makhluk hasil karya maha dahsyat dari Allah SWT. Penciptaan yang begitu sempurna telah ditunjukkan oleh-Nya dan telah terbukti secara ilmiah. Tak seorangpun manusia di muka bumi ini mampu menyamai, apalagi menandingi ilmu dan kekuasaan yang Allah miliki. Allah juga telah memberikan fasilitas yang begitu lengkap kepada manusia. Manusia diberi amanat yang begitu besar, yakni untuk merawat salah satu ciptaan-Nya, yang tak lain manfaatnya juga akan kembali pada manusia. Allah hanya meminta manusia agar mereka tidak melupakan dari siapa semua kenikmatan hidup itu. Allah menciptakan semua makhluk di dunia ini untuk selalu patuh dan mengabdi kepada-Nya. Hal ini terlihat jelas dalam salah satu firman Allah dalam surat adz Dzariyat ayat 56 :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

  Namun pada kenyataannya, manusia kadang lupa terhadap Allah, bahkan mereka tidak mempercayai-Nya. Fenomena seperti ini telah terjadi sejak masa kenabian dahulu. Banyak manusia yang tidak mempercayai bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang patut disembah. Akan tetapi, karena kekurangannya ilmu dan keimanan yang dimiliki oleh manusia, mereka merubah keimanannya dengan menyembah berhala, binatang, benda langit, manusia lainnya dan lain sebagainya.
   Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas tentang berhala pada bab selanjutnya In Sya Allah..

Rumusan Masalah
   Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian berhala menurut al Quran ?
2. Bagaimanakah sejarah awal mula masyarakat Arab menjadi penyembah berhala ?
3. Apa-apa sajakah nama berhala dalam agama sebelum pra Islam ?
4. Bagaimanakah penghancuran berhala dalam sejarah keislaman ?
5. Bagaimanakah hukum membuat berhala ?
6. Apakah ka’bah berhala bagi kaum muslim ?
7. Apakah hikmah larangan menyembah berhala ?
8. Apakah hukuman bagi penyembah berhala ?


  Tujuan Penulisan
   Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian berhala menurut al Quran.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah awal mula masyarakat arab menjadi penyembah berhala.
3. Untuk mengetahui apa-apa sajakah nama berhala dalam agama sebelum pra Islam.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah penghancuran berhala dalam sejarah keislaman.
5. Untuk mengetahui bagaimanakah hukum membuat berhala.
6. Untuk mengetahui apakah ka’bah berhala bagi kaum muslim.
7. Untuk mengetahui apakah hikmah larangan menyembah berhala.
8. Untuk mengetahui apakah hukuman bagi penyembah berhala.




GAMBARAN UMUM TENTANG BERHALA

A. Pengertian Berhala Menurut Al Quran
    Kata berhala di dalam Al-Qur'an digunakan untuk mengartikan tiga istilah yang berbeda, masing-masing kata tersebut dalam al-Qur'an mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks ketika kata itu disandarkan. Kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asnam (الاسنام) adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu,batu,emas,perak, tembaga dan semua jenis bahan berasal dari bumi yang memiliki bentuk menyerupai makhluk hidup seperti manusia , binatang dan tumbuhan serta memiliki bentuk tubuh yang besar. Selain itu, al-asnam mengalami perluasan makna yang digunakan untuk menunjukkan makna majazi dari berhala.
2. Awsan (آلأوسان) adalah terbuat dari bahan baku pembuatnya sama dengan al-asnam, namun kata ini lebih umum daripada al-asnam, karena dapat berupa segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk, baik kecil maupun besar. Sehingga, kata al-asnam dapat dimasukkan ke dalam kategori al-awsan.
3. Ansab (الأنصب) adalah batu yang tidak memiliki bentuk tertentu yang digunakan untuk tempat menyembelih binatang yang akan dipersembahkan (altar) untuk berhala-berhala. Al-ansab juga dipakai untuk jenis batu yang tidak dibentuk yang disembah apabila tidak mampu membuat al-asnam.
  Selain itu, ada sebagian kamus-kamus bahasa Arab yang menyamakan ketiga istilah tersebut sehingga makna dari ketiganya menjadi tidak jelas.

B. Sejarah Awal Mula Masyarakat Arab Menjadi Penyembah Berhala
     Mengenai sejarah awal masyarakat arab menjadi penyembah berhala, penulis mendapatkan sumber dari sebuah situs internet yang mengutip dari buku Eksiklopedi Islam, yang menyebutkan bahwa fitrah dasar awal penciptaan manusia adalah tauhid. Demikianlah umat manusia berada di atas fitrah tersebut. Mereka semua berada di atas dienul haqq di atas tauhid, ikhlash, fitrah, kebenaran dan istiqomah. Mereka adalah umat yang satu, di atas agama yang satu dan menyembah Tuhan yang satu pula yaitu Allah SWT.
     Mulai dari zaman bapak kita nabi Adam ‘alaihis salam hingga sebelum zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam, mereka berada di atas hidayah dan di atas syari’at yang haq karena pada saat itu mereka mengikuti ajaran Nabi.
   Dalam keadaan damai di atas satu pegangan yaitu tauhidullahi azza wa jalla. Setan yang sudah bersumpah akan mengganggu setiap anak Adam mulai menghembuskan api perselisihan di antara mereka sehingga mereka meninggalkan ajaran Nabi. Setan memperdayakan mereka memperdayakan mereka sehingga mereka mengagungkan orang-orang yang shaleh sudah mati dan bermukim di kuburan-kuburan mereka.
   Kemudian setan memperdaya mereka dengan membuat gambar dan patung orang-orang yang sudah mati itu. Ahirnya memperdaya mereka sehingga menyembah patung-patung tersebut. Orang-orang musyrik di kalangan kaum Nuh adalah kaum yang pertama kali melakukan kemusyrikan di atas permukaan bumi. Mereka telah mengikuti langkah-langkah syaitan. Bentuk kemusyrikan yang pertama kali mereka lakukan adalah pengagungan orang-orang shaleh yang sudah mati. Dan Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang di utus dan diangkat oleh Allah untuk meluruskan kembali kepada kaum-Nya yang musyrik tersebut.
   Sebelum Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul, terdapatlah 5 orang yang shaleh yang hidup di antara masa nabi Adam as dan nabi Nuh as yaitu : Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, Nashr
   Namun ketika mereka mati. Sebagaimana tugasnya setan, ia membisikkan kepada kaum Nabi Nuh untuk membuat patung mereka untuk mengenang mereka dan memberi nama patung tersebut sesuai dengan nama orang shalih tersebut.
  1. Wadd : adalah milik kabilah Kalb di daerah Daumatul Jandal.
  2. Suwa : adalah milik kabilah Hudzail sementara
  3. Yaghuts : adalah milik kabilah Murad kemudian menjadi milik bani Ghuthaif di daerah Jauf.
  4. Ya’uq : adalah milik kabilah Hamdan.
  5. Nashr : adalah milik kabilah Himyar dari keluarga Dzil Kala’.

    Dan patung-patung tersebut diletakkan pada majelis biasa mereka berkumpul. Mereka melakukan hal tersebut ketika patung itu belum disembah.
   Seiring berjalannya waktu, mereka menjadikan patung-patung tersebut sebagai wasilah untuk meminta sesuatu kepada Allah SWT. Akan tetapi, ketika generasi mereka berakhir dan ilmu telah di lupakan ahirnya patung-patung itu disembah.
   Tatkala manusia telah menyembah berhala, menyembah thaghut dan terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran, maka Allah mengutus Rasul pertama kepada penduduk bumi sebagai rahmat-Nya kepada mereka, rasul itu adalah Nuh ‘alaihis salam bin Yardah bin Mahil bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam ‘alaihis salam.
   Nuh ada kurang lebih sepuluh abad sesudah Adam, mereka semua berada di atas dienul Islam, sebagaimana disebutkan dalam shahih Bukhori dari Ibnu Abbas: “ Nabi Nuh hidup di tengah kaumnya selama 950 tahun. Ia terus mengajak mereka beribadah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka menyembah selain-Nya .” [1]
   Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala, suatu kaum tak pernah melakukannya secara langsung, melainkan secara bertahap. Kaum itu mengambil tuhan lain dan menyembah pujaannya atau patung. Di zaman Arab Jahiliyah banyak yang membuat atau mengadaptasikan keberhalaan dari kaum lain untuk mereka puja. Salah seorang pelopor pembawa ajaran keberhalaan di Jazirah Arab adalah 'Amr bin Luhay dan ia seorang pemimpin dari suku Khuza’ah .
Tatkala musim haji tiba, berhala-berhala itu ia berikan kepada kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala tersebut ke negeri mereka, sehingga setiap kabilah bahkan setiap rumah memiliki berhala. Dalam hadits shahih Imam Bukhari dikatakan bahwa berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh akan menjadi berhala bagi Bangsa Arab setelahnya.
    Abdul Hameed Siddiqie mengutip pendapat Ibnu Al Kalbi yang menyatakan bahwa penyebab orang Arab akhirnya menyembah berhala adalah bahwa siapa saja yang meninggalkan kota mekkah selalul membawa sebuah batu yang diambil dari bebatuan sekitar Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati tempat haram tersebut, dan menghormati kota makkah. Di manapun mereka berhenti atau menetap, mereka meletakkan batu tersebut dan mereka bertawaf mengelilingi batu tersebut. Di sisi lain, mereka juga tetap memuliakan ka’bah dan kota makkah dengan tetap menjalankan haji dan umrah, tetapi secara perlahan yang mereka sembah kemudian batu-batu tersebut. [2]

C. Nama Berhala Dalam Agama Sebelum Pra Islam
   Dikisahkan melalui hadits bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah meletakkan berhala disekitar Ka’bah sebanyak 360 berhala. Berhala yang disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan atau lelaki, berhala yang terkenal di antaranya adalah:
 1. Hubal
   Berhala yang dianggap sebagai "Dewa Bulan" ini dibawa oleh 'Amr bin Luhay dari Ma'arib (Moab) suatu daerah di Balqa' . Menurut kisah dari Ibnu Hisyam , ia berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan Berhala ke Makkah adalah 'Amr bin Luhay.

  2. Lātta
   Berhala berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Zaman dahulu Latta adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala ini adalah sesembahan kaum Tsaqif di Thaif dan pelayannya adalah dari Bani Muattab.

 3. ‘Uzzá
   Berhala pohon samurah dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekkah  dan Tha’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga). Uzza ini adalah berhala milik suku Quraisy , Sulaim; Gathafan dan Jusyam serta serta suku-suku yang ada di sekitarnya.

4. Manāt
    Berhala berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd di antara Mekkah dan Madinah . Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah , Aus, dan Khazraj . Jika sedang berhaji (di masa pra-Islam), mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya.
    
Sebenarnya keempat berhala ini hanyalah orang saleh yang pernah hidup pada zaman Ibrahim . Sesudahnya mereka meninggal, beberapa orang membuat berhala untuk menghormati orang-orang soleh itu secara berlebihan. Mereka menganggapnya sebagai anak-anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala besar tersebut itu saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah mereka masing-masing.

    Berikut adalah beberapa berhala yang tidak begitu terkenal, namanya tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, hanya disebutkan di dalam hadits, literatur Arab klasik dan lain-lain. Diantaranya adalah:
1. Manaf
Berhala yang selalu dipuja oleh kaum wanita, tetapi ketika wanita sedang mendapat haid , mereka dilarang mendekati berhala tersebut. Kaum Quraisy sering menamakan anak mereka dengan Abd al-Manaf (hamba Manaf), terutama di kalangan Bani Hudzail . Manaf memiliki arti "ketinggian" atau "tempat tinggi".

2. Dzu al-Halaas
Berhala berbentuk batu api putih yang dipahat dan di atas batu tersebut ada sesuatu yang berbentuk mahkota. Berhala ini disembah oleh Bani Daws , Bani Khats’am dan Bani Bujailah , di negeri Yaman dan di negeri Tabalah yang terletak antara Mekkah dan Madinah . Pelayan berhala ini adalah Bani ‘Umamah dari Bahilah bin A’shar .

3. Dzu as-Shara
Berhala yang berbentuk batu berwarna hitam dan berbentuk tak beraturan, disembah oleh suku Arab keturunan Ismail, yaitu kaum Nebayot dan kaum Duma . Dianggap sebagai "anak dari seorang gadis" dan "dewa kesuburan." Nama lain berhala ini adalah Dusares/Dzu Syura, yang mendapat julukan "Sang Dewa Gunung Shara". Kabilah Bani al-Harits juga memiliki berhala ini.

4. Dzu al-Kaffayn
Berhala milik Amr bin Hamamah dari Bani Daws , yang dihancurkan oleh Thufayl bin Amr al-Dawsi atas perintah Muhammad . Berhala ini memiliki arti "dia yang memiliki kedua telapak tangan."

5. Al-Fals
Berhala berbentuk manusia terbuat dari batu merah yang berada di tengah-tengah Gunung Aja. Pemelihara berhala ini adalah dari Bani Bawlan, Bawlan sendiri adalah salah seorang yang memulai penyembahan terhadap berhala ini. Keturunan dari Bani Bawlan terakhir yang menyembah berhala ini bernama Sayfi.

6. Al-Ya'bub
Berhala para kaum Jadilah terletak di Thayyi. Sebelumnya mereka memiliki berhala yang berbeda, tetapi Bani Asad mengambilnya. Sehingga mereka mengadopsi al-Ya'bub sebagai penggantinya.

7. Asaf Naylah
Asaf bin Ya'la dan Naylah binti Zayd adalah sepasang kekasih dari Yaman, kemudian mereka melakukan ziarah ke Mekkah. Setibanya di Mekkah, mereka masuk kedalam Ka'bah dan mereka mengambil kesempatan untuk berzinah di dalamnya, ketika keadaan sepi. Kemudian mereka berubah menjadi 2 batu, yang pada akhirnya dibawa keluar dan ditempatkan ditempatnya masing-masing. Kedua batu itu kemudian di sembah oleh Bani Khuza'ah dan Quraisy, serta disembah pula oleh orang-orang yang datang berziarah ke Rumah Suci. Yang pertama kali mengadopsi berhala-berhala dan memberikan nama masing-masing, sesuai dengan tradisi yang sedang berlangsung di antara mereka, di antara Bani Ismail dan suku lainnya adalah Hudhayl bin Mudrikah.

8. At–Thuraiya
Berhala yang dianggap sebagai dewa yang melimpahkan hujan. Thuraiya memiliki arti "yang ada dalam jumlah banyak".

9. Jadd
Berhala yang sangat dihormati oleh orang-orang sempit. Namanya diambil dari prasasti Nabath, tetapi dalam bentuk Gadda.

10. Kuthrā
Dianggap sebagai "dewa terkaya". Biasa digunakan sebagai nama anak lelaki oleh Suku Thai' "Abd Kuthrā".

11. Awf
Berhala yang diangap sebagai "burung besar pemangsa".

12. Quzah
Berhala dewa guntur, dianggap bisa melepaskan petir dari busurnya.

13. Duwar
Berhala gadis yang biasa dikelilingi oleh wanita muda dalam prosesi pemujaan terhadapnya.

14. Ri'am
Berhala yang berbentuk rumah pemujaan terletak di San'a milik Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Zaid, dan Manat bin Tamim.

15. Rudha
Berhala yang dianggap sebagai dewi "perbuatan baik" atau "kemurahan hati". Berhala ini milik Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Zaid bin Manat bin Tamim.

16. Al-Ka’abat
Berhala milik Kabilah Bakr bin Wail dan Taghib bin Wail, serta kabilah Iyad di daerah Sandad .

17. Sa’ad
Berhala milik Bani Kinanah, yaitu Bakr bin Kinanah, Malik bin Kinanah dan Mulkan bin Kinanah. Berhala ini berbentuk batu panjang, terletak di Pantai Juddah .

18. Syams
Berhala milik suatu kaum dari ‘Udzrah. Sering digunakan sebagai nama Abd Syams (Hamba matahari)

19. ‘Amm-Anas
Berhala milik Kabilah Khawlan. Nama lainnya adalah ‘Umyanis.

20. Al-Uqaysir
Berhala miliki Kabilah Qudi’ah, Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan Ghathafan, terletak didaerah perbukitan Syria.

21. Nuhm
Berhala milik Kabilah Muzaynah, mereka biasa menamakan anak mereka dengan nama Abd Nuhm (Hamba Nuhm). Pemelihara berhala ini bernama Khuza'i bin 'Abd Nuhm.

22. Su'ayr
Berhala milik Kabilah ‘Anazah.

23. Dzu al-Rijl
Berhala yang berarti "dia yang memiliki kaki".

24. Al-Qalas
Berhala milik Bani Thayyi’ berhasil dihancurkan oleh pasukan perang dibawah kepemimpinan Ali bin Abu Thalib . Berhala ini juga disembah oleh penduduk Himyar dan Yaman di San'a .

25. Al-Qais
Berhala yang disebutkan dalam prasasti Nabath dari Al Hijr .

26. Shai’ al-Qawm
Berhala yang tertulis dalam prasasti Nabath dan Palmyra , dianggap sebagai dewa perang, sang malam, dan penjaga kafilah . Mendapat julukan "dewa yang tidak pernah minum anggur."
Berhala-berhala kecil seperti Dzu al-Halaas, Dzu as-Shara, Dzu al-Kaffayn dan Dzu al-Rijl biasanya diberi nama sesuai dengan nama tempat berhala itu berada. [3]

D. Penghancuran Berhala Dalam Sejarah Keislaman
    Waktu demi waktu, perbuatan syirik terus merajalela dan telah menyebar di seluruh permukaan bumi. Penyembahan-penyembahan kepada makhluk seperti berhala, pohon, batu, binatang, kuburan, dan lain sebagainya sudah merata, bahkan mereka bukan hanya menyembah kepada makhluk yang ada di bumi saja, melainkan juga menyembah kepada yang ada di langit, seperti bulan, bintang, matahari, dan lain sebagainya.
    Perihal tentang penghancuran berhala, tentu kita ingat kisah Nabi Ibrahim yang menghancurkan semua berhala milik kaumnya. Pada waktu itu penduduk bumi seluruhnya kafir kecuali nabi Ibrahim al Khalil ‘alaihis salam dan istrinya, Sarah serta anak sudaranya, yaitu Luth ‘alaihis salam. Mereka diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki umatnya.
    Nabi Ibrahim as terus berdakwah dan berdialog kepada umatnya untuk kembali kepada jalan yang benar, yaitu kepada ketauhidan dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tak henti-hentinya Ibrahim as mengajak kaumnya. Akan tetapi kaumnya tidak mau memperdulikan Ibrahim dan ajakannya. Nabi Ibrahim pun akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mau menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh nya dan sedangkan mereka selalu dan tetap berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun Ibrahim telah menasihati mereka berkali-kali bahwa mereka dan bapak-bapak mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan. Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
     Pada suatu hari ketika kaumnya sedang merayakan suatu hari raya suci dan meninggalkan kosong kampung halamannya, Ibrahim as masuk ke kuil tempat peribadatan kaumnya untuk menyembah berhala dangan membawa kapak. Nabi Ibrahim as bercakap-cakap dan bertanya-tanya kepada patung-patung tersebut. Namun patung jelas tak memberikan respon apapun kepada Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim pun marah sambil menampar, menendang dan menghancurkan berhala-berhala tersebut dan meninggalkan berhala yang paling besar dan disangkutkan kapaknya pada berhala tersebut. [4]
  Yang perlu kita kita ketahui di sini adalah Nabi Ibrahim merupakan orang pertama yang menghancurkan berhala dalam sejarah. Sehingga ia dijuluki sebagai si Penghancur Berhala. Nabi Ibrahim sangat benci terhadap berhala karena ia menganggap berhala tersebut tidak bisa memberi manfaat sedikitpun kepadanya.
   Selain itu, penulis mendapatkan informasi lain yang berkenaan dengan penghancuran berhala, tetapi penghancuran ini terjadi ketika sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Pada zaman pra-Islam, di dalam dan di luar Ka’bah ini terdapat 360 patung-patung dan benda-benda batu-batuan yang diberhalakan oleh penduduk Mekkah, disembah sebagai sesembahan atau sebagai ilah-ilah mereka. Pedagang-pedagang Arab dalam perjalanannya sehari-hari melakukan persinggahan di Ka’bah itu, berdoa kepada ilah-ilah mereka supaya mendapat banyak rezeki. Dahulu kala para pedagang yang melakukan ziarah haji, ketika mengelilingi Ka’bah itu mereka harus telanjang bulat dan bertepuk tangan.
   Akan tetapi ketika Nabi Muhammah SAW lahir terdapatlah beberapa keajaiban yang sangat menakjubkan. Di antaranya adalah hancur dan runtuhnya semua berhala yang ada di sekitaran Ka’bah. Hancurnya berhala tersebut bukan melalui tangan manusia, akan tetapi Allahlah yang menghancurkan berhala-berhala tersebut untuk menandakan suatu kemuliaan bahwa akan lahir seorang Nabi terakhir yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW. [5]

BERHALA DALAM TINDAKAN AGAMA ISLAM

A. Hukum Membuat Berhala Atau Patung
   Islam tegak untuk menyeru seluruh manusia agar beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah, baik berupa para wali atau orang-orang shalih, yang biasanya diabadikan dalam bentuk patung-patung, arca-arca, gambar-gambar, kuburan-kuburan, kubah-kubah atau yang lainnya yang akan mengantarkan kepada kesyirikan. Islam juga tidak mengharamkan sesuatu kecuali ada bahaya yang mengancam agama, akhlak dan harta manusia. Orang Islam yang sejati adalah yang bersedia menerima perintah Allah dan Rasulnya meskipun belum mengerti sebab atau alasan perintah Allah tersebut. Agama melarang patung dan gambar karena banyak mendatangkan bahaya.
   Firman Allah SWT dalam Surat An Nahl ayat 36 :

   Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

   Thaghut ialah segala sesuatu selain Allah yang disembah dan ia rela.
  Adapun permasalahan patung-patung itu telah disebut dalam surat Nuh. Diketahui bahwa asal adanya berhala adalah karena pemujaan terhadap orang shaleh pada masa nabi Nuh. Sebagaimana yang telah kami jelaskan pada bab sebelumnya. Dalil yang paling jelas mengenai patung berawal dari gambar orang shalih yaitu pada surat Nuh ayat 23-24 :

Artinya : “dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.


   Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq Dan Nasr adalah nama-nama berhala yang terbesar pada qabilah-qabilah kaum Nuh.
   Mayoritas orang beranggapan bahwa patung-patung tersebut terlebih lagi gambar-gambar telah menjadi perkara yang halal karena tidak adanya orang yang menyembah/mengibadahi gambar-gambar dan patung-patung tersebut pada saat sekarang ini. Namun membuat patung itu jelas haram hukumnya. Bahkan nabi memerintahkan semua berhala ataupun patung untuk dihancurkan. Karena ketika membuat patung seakan-akan mereka menandingi ciptaan Allah.
   Ada beberapa hadist Nabi yang menunjukkan akan keharaman daripada pembuatan patung tersebut.   Di antaranya sebagai berikut :

عَنْ اَبِى طَلْحَةَ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: لاَ تَدْخُلُ اْلمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ كَلْبٌ وَ لاَ تَصَاوِيْرُ. البخارى
“Dari Abu Thalhah RA ia berkata, Nabi SAW bersabda, "Malaikat tidak akan masuk pada suatu rumah yang ada anjingnya atau ada gambar/patung" . (HR. Bukhari )

اَيُّكُمْ يَنْطَلِقُ اِلَى اْلمَدِيْنَةِ فَلاَ يَدَعُ بِهَا وَثَنًا اِلاَّ كَسَرَهُ وَ لاَ صُوْرَةً اِلاَّ لَطَخَهَا… مَنْ عَادَ اِلَى صَنْعَةِ شَيْءٍ مِنْ هذَا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا اُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ. احمد
“Barangsiapa diantaramu yang pergi ke Madinah, maka janganlah membiarkan berhala kecuali menghancurkannya, dan jangan (membiarkan) patung kecuali meremukkannya. Barangsiapa kembali membuat sesuatu dari yang demikian itu, sesungguhnya kufurlah ia kepada (perintah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW . “[HR. Ahmad]

قَالَ عَبْدُ اللهِ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اْلمُصَوِّرُوْنَ. البخارى
“'Abdullah (bin Mas'ud) berkata : Aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Orang yang paling berat siksanya di sisi Allah pada hari qiyamat ialah tukang membuat patung" . [HR. Bukhari]

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ: اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ الَّذِيْنَ يَصْنَعُوْنَ هذِهِ الصُّوَرَ يُعَذَّبُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، يُقَالُ لَهُمْ: اَحْيُوْا مَا خَلَقْتُمْ. البخارى
“Abdullah bin 'Umar berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang membuat patung-patung ini, akan diadzab pada hari qiyamat". Dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang kamu buat" . [HR. Bukhari]

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا. فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اَمِيْطِى عَنِّى فَاِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيْرُهُ تَعْرِضُ لِى فِى صَلاَتِى. البخارى
Dari Anas RA ia berkata : Adalah 'Aisyah mempunyai tabir yang ia gunakan untuk menutupi sebagian dari rumahnya, maka Nabi SAW bersabda, "Hilangkanlah tabir itu dariku, karena gambar-gambarnya selalu mengganggu dalam shalatku" . [HR. Bukhari 66]

   Dari hadits-hadits di atas jelas bahwa dilarang atau diharamkan membuat gambar/patung yang disembah orang. Dan adanya Rasulullah SAW begitu keras melarang tentang gambar/patung ini bisa juga karena pada waktu itu orang-orang baru saja meninggalkan menyembah berhala, sehingga apabila tidak dilarang keras, kemungkinan orang-orang akan kembali menyembah berhala/gambar/patung.
   Di samping itu ada pula gambar-gambar yang diperbolehkan untuk menggambarnya yaitu menggambar segala sesuatu yang tidak bernyawa, seperti pohon, bintang, matahari, bulan, gunung, batu, laut, sungai, tempat-tempat suci seperti masjid dan ka’bah. Bahkan dianjurkan unutk menggambar pemandangan yang indah. Tetapi mengambar sesuatu yang memiliki nyawa seperti manusia dan binatang jelas itu hukumnya haram.

B. Ka’bah Bukan Berhala Bagi Kaum Muslim
    Ada beberapa kalangan di luar Islam yang mereka tidak faham dan tidak mengerti tentang Islam, menuduh dan berkata bahwa orang-orang Islam menyembah Ka’bah. Tuduhan dan ucapan mereka ini didasari atas kenyataan mereka melihat kaum muslimin ketika sholat menghadap ke arah Ka’bah, lalu mereka berkesimpulan bahwa orang muslim menyembah Ka’bah.
   Sesungguhnya orang-orang Islam hanya menjadikan Ka’bah sebagai arah hadap (kiblat) dalam menyembah Allah, bukan menyembah Ka’bah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surat Quraisy ayat 3 :

Artinya : “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah)”

   Ka’bah adalah sebuah rumah, bukan sesembahan apalagi tuhan. Shalat menghadap Ka’bah tidak sama dengan menyembah Ka’bah. Di dalam Al-Quran Al-Karim, secara tegas Allah SWT menetapkan bahwa ka’bah adalah rumah yang pertama di dirikan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT disitu. Kemudian manusia di seluruh dunia bila hendak menyembah Allah SWT dengan cara sholat diwajibkan menghadapkan diri mereka ke arah ka’bah itu.

" Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. " (QS. Ali Imran : 96)


   Kemudian Ka’bah sendiri berarti kubus persegi empat yang dalamnya kosong, tidak ada apa-apanya. Adapun Hajar Aswad ada di pojokan luar ka’bah, bukan ditengah-tengah ka’bah. Kemudian fungsi Ka’bah hanyalah sebagai arah hadap, karena Qiblat artinya Arah Hadap.
   Dapat dibayangkan andaikata umat Islam tidak punya arah qiblat, maka bagaimana shalat jama’ah mereka ? Imamnya ingin ke utara, makmumnya mungkin ada yang ingin ke selatan, ada yang ingin ke barat, bisa berantakan sholat jama’ahnya. Supaya orang Islam berada di dalam satu kesatuan dengan persatuan yang kuat ketika mereka menyembah Allah SWT, maka Allah SWT menetapkan arah qiblat.
   Dan hal ini bukan berarti orang Islam menyembah Ka’bah. Walaupun mereka menghadap Ka’bah tetapi ini bukan berarti orang Islam menyembah Ka’bah. Kenapa...? Karena orang Islam hanya menjadikan Ka’bah sebagai pematok arah. Karena yang namanya pematok arah tidak akan sempurna kalau tidak terlihat. Maka dibangunlah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il Ka’bah sebagai pematok arah supaya orang melihat ke arah sana yaitu ke arah Ka’bah hendaknya kaum muslimin seluruh dunia menyatukan arah.
   Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 150 :

Artinya : “ Dan dari mana saja kamu , maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. " (QS. Al-Baqarah : 150)


   Sejak zaman Nabi Adam as manusia tahu bahwa ka’bah bukanlah berhala yang disembah. Bahkan hingga masa kehidupan bangsa Quraisy yang terkenal sebagai penyembah berhala dan telah meletakkan tidak kurang dari 360 berhala di seputar ka’bah, mereka pun tidak terpikir untuk menyembah ka’bah.

   Bahkan orang arab di masa itu sering membuat tuhan dari makanan seperti roti, kurma dan apapun yang menurut khayal mereka bisa dianggap menjadi tuhan. Tapi tidak dengan ka’bah, karena dalam keyakinan mereka ka’bah memang bukan tuhan atau berhala. Mereka hanya melakukan ibadah dan tawaf di sekelilingnya. Ka’bah bagi para penyembah berhala itu bukanlah berhala yang disembah, ka’bah bagi mereka adalah rumah Allah SWT untuk melaksanakan ibadah. [6]

C. Hikmah Larangan Menyembah Berhala
   Islam tidak mengharamkan sesuatu kecuali ada bahaya yang mengancam agama, akhlak dan harta manusia. Orang Islam yang sejati adalah orang yang menerima perintah Allah dan Rasulnya meskipun belum mengerti sebab atau alasan perintah Allah tersebut. Adapun hikmah diharamkannya menyembah patung dan berhala di antaranya :
  1. Untuk membela kemurnian Tauhid dan supaya jauh dari menyamai orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala mereka yang dibuatnya oleh tangan-tangan mereka sendiri, kemudian menyucikan dan mereka berdiri di hadapannya dengan penuh khusyu'. Kesungguhan Islam untuk melindungi Tauhid dari setiap macam penyerupaan syirik telah mencapai puncaknya. Islam dalam ikhtiarnya ini dan kesungguhannya itu senantiasa berada di jalan yang benar. Sebab sudah pernah terjadi di kalangan umat-umat terdahulu, dimana mereka itu membuat patung orang-orang yang shaleh mereka yang telah meninggal dunia kemudian disebut-sebutnya nama mereka itu. Lama-kelamaan dan dengan sedikit demi sedikit orang-orang saleh yang telah dilukiskan dalam bentuk patung itu disucikan, sehingga akhirnya dijadikan sebagai Tuhan yang disembah selain Allah.

  2. Rahasia diharamkannya patung bagi pemahatnya, sebab seorang pelukis yang sedang memahat patung itu akan diliputi perasaan sok, sehingga seolah-olah dia dapat menciptakan suatu makhluk yang tadinya belum ada atau dia dapat membuat jenis baru yang boleh hidup yang terbuat dari tanah. Sudah sering terjadi seorang pemahat patung dalam waktu yang relatif lama, maka setelah patung itu dapat dirampungkan lantas dia berdiri di hadapan patung tersebut dengan mengaguminya, sehingga seolah-olah dia berbincang dengan patung tersebut dengan penuh kesombongan: “Hai patung! Berkatalah!” Untuk itulah maka Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya orang-orang yang membuat patung-patung ini nanti di hari kiamat akan disiksa dan dikatakan kepada mereka untuk menghidupkan patung yang kamu buat itu." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

   3. Orang-orang yang berbincang dalam persoalan seni ini tidak berhenti dalam suatu batas tertentu saja, tetapi mereka malah melukis (memahat) wanita-wanita telanjang atau setengah telanjang. Mereka juga melukis (dan juga memahat) lambang-lambang kemusyrikan dan syiar-syiar agama lainnya, seperti salib, berhala dan lain-lain yang pada prinsipnya tidak dapat diterima oleh Islam.

   4. Lebih dari itu semua, bahwa patung-patung itu selalu menjadi kemegahan orang-orang yang berlebihan, mereka penuhinya istana-istana mereka dengan patung-patung, kamar-kamar mereka dihias dengan patung dan, mereka membuat seni-seni pahat (patung) dari berbagai lambang. Kalau agama Islam dengan gigih memberantas seluruh bentuk kemewahan dengan segala kemegahan dan macamnya, yang terdiri dari emas dan perak, maka tidak terlalu jauh kalau agama ini mengharamkan patung-patung itu, sebagai lambang kemegahan, dalam rumah-rumah orang Islam. [7]

D. Hukuman Bagi Penyembah Berhala
  Penyembahan terhadap berhala merupakan sebuah perbuatan syirik kepada Allah SWT. Sebagaimana kita ketahui bahwa syirik merupakan sebuah dosa besar yang menduduki urutan pertama daripada dosa-dosa besar lainnya. Dan bagi pelaku syirik tersebut, Allah menyiapkan beberapa ancaman dan hukuman kepada mereka diantaranya :
   1. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Surat An Nisa ayat 48 :

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”


   2. Diharamkannya Surga bagi orang musyrik. 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat al Maidah Ayat 72 :


Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zha-lim itu seorang penolong pun .”

  3. Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-An’aam ayat 88 :

Artinya : “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”

    Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Az Zumar ayat 65 :

Artinya : “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

   Dua ayat ini menjelaskan barangsiapa yang mati dalam keadaan musyrik, maka seluruh amal kebaikan yang pernah dilakukannya akan dihapus oleh Allah, seperti shalat, puasa, shadaqah, silaturahim, menolong fakir miskin, dan lainnya.


  4. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya. 
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat at Taubah ayat 5 :


Artinya : “…Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى.
Artinya : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

PENUTUP
A. Kesimpulan
   Setelah membahas panjang lebar, adapun kesimpulan yang bisa penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
  1. Berhala berasal dari kata di dalam Al Quran. Kata tersebut adalah Asnam (الاسنام), Awsan (آلأوسان) , Ansab (الأنصب).

  2. Awal mula masyarakat Arab menjadi penyembah berhala karena dulu bahwa siapa saja yang meninggalkan kota Mekkah selalu membawa sebuah batu yang diambil dari bebatuan sekitar Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati tempat haram tersebut, dan menghormati kota makkah. Di manapun mereka berhenti atau menetap, mereka meletakkan batu tersebut dan mereka bertawaf mengelilingi batu tersebut. Lama-kelamaan mereka menyembah batu tersebut karena dangkalnya iman dan ilmu pengetahuan.

  3. Ada banyak nama berhala sebelum pra Islam. Diantaranya yang paling terkenal adalah Latta, ‘Uzza, dan Hubal.

  4. Penghancuran berhala pertama dalam sejarah adalah pada masa nabi Ibrahim as sehingga beliau dijuluki sebagai Si Penghancur Berhala.

  5. Adapun membuat dan menggambar sesuatu yang berupa makhluk yang bernyawa jelas hukumnya adalah haram.

  6. Perlu diketahui bahwa Ka’bah bukanlah berhala bagi umat muslim, melainkan hanya arah kiblat untuk memersatukan umat dalam menyembah Allah SWT.

  7. Hikmah yang paling utama dalam larangan menyembah berhala adalah untuk menjaga ketauhidan kepada Allah SWT.

  8. Adapun hukuman bagi orang yang menyembah berhala adalah Allah tidak mengampuni segala dosanya, diharamkan baginya masuk syurganya Allah, Allah menghapus semua kebaikan yang pernah ia lakukan, dan halal harta dan darahnya.

B. Saran
   Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran supaya makalah ini bisa lebih sempurna di kemudian harinya. Karena penulis hanyalah seorang santri biasa yang sedang belajar.
Selain itu penulis juga mengharapkan kepada pembaca agar mengokohkan keimanan kita. Janganlah kita syirik kepada Allah SWT, karena syirik merupakan sebuah dosa yang sangat besar dan tidak diampuni oleh Allah SWT.


[1] Ensiklopedi Islam , (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru van Hoeve, 1997), hal. 247
[2] Ali Nurdin, Qur’anic Society “Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Quran” , (Jakarta : Erlangga, 2006), hal. 31
[3] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persana, 2007), hal. 10-12
[4] Murdodiningrat, Kisah Teladan 25 Nabi Dan Rasul Dalam Al-Quran, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) hal. 24-24
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2004), hal. 32
[6] M.Abdul Hamid Asy-Syarkawi, Ka'bah Rahasia Kiblat Dunia, (Bandung : PT. Mizan Publika, 2009) hal. 35
[7] Yusuf al Qardhawi, Halal Dan Haram dalam Islam, (Singapura : Himpunan Belia Islam, 1980) hal 153-154

No comments