Breaking News

Makalah Tentang Ilmu Makkiyah dan Madaniyah

Makkiyah dan Madaniyah Ulumul Quran



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Judul dari semua surat Al Quran mengisyaratkan adanya notasi apakah surat itu di wahyukan pada masa Mekkah atau Madinah.Meskipun pemisahan historis ini sering di kaitkan dengan perbedaan sifat Nabi dan karakter muslim di kedua tempat itu,ia juga mengandung prinsip vital untuk mengetahui dan memahami kronologi pewahyuan Al Quran.Sayang sekali,komunitas muslim telah mencabut kembali tugas untuk merumuskan kronologi Al Quran secara utuh ,sebab barangkali usaha untuk arah tersebut dianggap berbahaya karena di khawatirkan bila wahyu yang abadi ini di uraikan menurut term-term temporal,hal itu akan mengubah apa yang di urutkan Nabi dan komunitas muslim awal.
Oleh karena itu, kita harus mempelajari salah satu uraian dari Ulumul Quran yaitu tentang Ilmu Makkiyyah dan Madaniyyah. Walaupun dalam pembahasan Ilmu Makkiyyah dan Madaniyyah ini bukan kewajiban umat,tetapi  untuk menambah wawasan kita dalam mempelajari Ilmu Al Quran yaitu untuk mengetahui kronologi tentang waktu,tempat,untuk siapa di turunkan,dan pengelompokkan tentang apa-apa saja yang terdapat dalam  wahyu tersebut.
Untuk lebih jelasnya penulis akan membahas di bab selanjutnya.


B.     Rumusan Masalah
a)      Apa pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah ?
b)      Bagaimana cara mengetahui ayat Makkiyyah dan Madaniyyah ?
c)      Apa-apa saja ciri-ciri ayat Makkiyyah dan Madaniyyah ?
d)     Apa-apa saja perbedaan–perbedaan hakiki antara ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah ?
e)      Apa saja surat-surat Makkiyyah dan Madaniyyah ?


C.    Tujuan Penulisan
a)      Untuk mengetahui pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah
b)      Untuk mengetahui  cara mengetahui ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
c)      Untuk mengetahui  ciri-ciri ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
d)     Untuk mengetahui  perbedaan–perbedaan hakiki antara ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah

e)      Untuk mengetahui surat-surat apa saja yang tergolong Makkiyyah dan Madaniyyah


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MAKKIYYAH DAN MADANIYYAH
            Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi Makkiah dan Madaniyah.Keempat perspektif   itu adalah masa turun (zaman an-nuzul),tempat nuzul (makan an-nuzul),objek pembicaraan (mukhathab),dan tema pembicaraan (maudhu’)
1.      Dari perpektif masa turun ,mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut:
Makkiyah adalah ayat-ayat yang di turunkan sebelum rasululah SAW hijrah ke Madinah, walaupun bukan turun di Mekkah.
Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah,walaupun bukan turun di Madiinah.Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah di sebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.
2.      Dari perspektif tempat turun,mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut:
Makkiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya seperti  Mina,Arafah,dan Hudaibiyah.
Madaniyyah adalah ayat-ayat yang di turunkan di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud,Quba,dan Sul’a.
Pendefinisian di atas memiliki kelemahan sebab terdapat ayat-ayat tertentu yang tidak di turunkan di Mekkah,Madinah dan sekitarnya.Umpamanya,surat At-Taubah ayat 42 yang diturunkan di Tabuk,surat Az-Zukhruf ayat 45 yang diturunkan di Bait Al-Muqaddas dan surat Al-Fath diturunkan di tengah perjalanan antara Mekkah dan Madinah .Jika melihat defenisi kedua ini,ketiga ayat diatas ,tidak dapat di kategorikan ke dalam Makkiyah dan Madaniyah.
3.      Dari perspektif objek pembicaraan,mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut:
Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Mekkah.
 Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang –orang Madinah.
Pendefinisian di atas di rumuskan para kebanyakan sarjanan muslim berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Quran di mulai dengan ungkapan Ya Ayyuha an-nas yang menjadi menjadi kriteria Makkiyah,dan ungkapan Ya Ayyuha al-ladzina ungkapan yang menjadi kriteria Madaniyah.Namun tidak selamanya asumsi ini benar.Contoh- nya, Surat Al Baqarah termasuk kategori Madaniyyah,akan tetapi di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168 yang dimulai dengan ungkapan Ya Ayyuha an-nas.Lagi pula banyak juga ayat al Quran yang tidak di mulai dengan kedua ungkapan tersebut.
4.              Adapun pendefinisian Makkiyah dan Madaniyah dari perspektif tema pembicaraan akan di singgung lebih terinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.

Walaupun mengunggulkan pendefinisian  Makkiyah dan Madaniyyah dari perspektif masa turun ,Subhi Shalih melihat komponen-komponen serupa dalam tiga pendefinisian di atas.Pada ketiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan orang. Bukti lebih lanjut dari tesis Shali dapat dilihat dalam kasus surat Al-Mumtahanah,bila dilihat dari perspektif tempat turun,surat itu termasuk Madaniyyah karena diturunkannya sesudah  terjadinya peristiwa hijrah.Akan tetapi,dalam perspektif objek pembicaraan,surat itu termasuk Makkiyah karena menjadi kitab bagi orang-orang di Mekkah.Oleh karena itu para sarjana muslim memasukkan surat itu ke dalam ayat- ayat yang diturunkan di Madinah,sedangkan muatan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah..

B.CARA MENGETAHUI AYAT MAKKIYYAH DAN MADANIYYAH
Pada awalnya para ahli tafsir dalam membedakan antara ayat-ayat yang termasuk madaniyah dan makkiyah berdasarkan atas riwayat-riwayat dan bukti-bukti yang berisikan sejarah tentang surat atau ayat yang menunjukkan kapan diturunkannya ayat tersebut, apakah sebelum Rasulullah SAW melakukan perjalanan hijrah ataukah sesudah hijrah.Dengan metode mempelajari riwayat-riwayat dan bukti-bukti tersebut, maka para ahli tafsir dapat mengetahui lebih jauh tentang berbagai surat dan ayat yang termasuk ke dalam makkiyah dan madaniyah serta mampu membedakan antara keduanya.
              Setelah pengetahuan tentang hal diatas dapat mereka kuasai, maka mayoritas mereka beralih kepada ilmu perbandingan antara ayat-ayat dan surat-surat makkiyah dan madaniyah sebagaimana sejarah antara keduanya telah mereka ketahui melalui bukti-bukti yang ada. Dengan memperbandingkan antara keduanya, mereka akan dapat mengetahui ciri-ciri umum surat dan ayat-ayat kembali dengan seluruh ayat dan surat yang belum diketahui waktu diturunkannya dalam riwayat-riwayat dan nas-nas yang ada. Bila ayat-ayat dan surat-surat itu sesuai dengan cici-ciri umum yang dimiliki oleh ayat-ayat atau surat-surat makkiyah, maka mereka akan dimasukkan kedalam kelompok makkiyah. Dan sebaliknya bila ayat atau surat itu memiki ciri umum yang mendekati ciri umum ayat atau surat madaniyah, maka ia akan digolongkan kedalam kelompok madaniyah.
Dalam menetapkan ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori makkiyah dan madaniyyah, para sarjana musim berpegang teguh pada dua perangkat pendekatan berikut ini:

1.      Pendekatan transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi, para sarjana muslim merujuk pada riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat yaitu orang yang besar kemungkinannya menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan mendengar langsung  dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Quran, termasuk didalamnya adalah informasi kronologis Al-Quran.
Dalam kitab Al-Intishar, Abu Bakar bin Al-Baqilani lebih lanjut menjelaskan:

“Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyyah hanya dapat dilacak pada otoritas sahabat dan tabi’in saja. ” Informasi itu tidak ada yang datang dari Rasulullah, karena memang ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.

Seperti halnya hadis-hadis  Nabi yang telah terekam dalam kodifikasi kitab hadis, maka para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabi’in tentang Makkiyah dan Madaniyyah dalam kitab-kitab tafsir  Ibnu Al-Matsur, tulisan-tulisan tentan asbab an-nuzul, pembahasan-pembahasan ilmu-ilmu Al-Quran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Otoritas para sahabat dan para tabi’in dalam mengetahui informasi kronologi Al-Quran dapat dilihat dari pernyataan mereka. Dalam salah satu riwayat Al-Bukhari, Ibn Mas’ud, umpamanya berkata,
ﻮﺍﻟﺬﻱﻻﺍﻟﻪﻏﻴﺮﮦﻣﺎﻧﺯﻟﺕﺍﻳﺔﻣﻦﮐﺘﺎﺏﷲﺇﻻﻭﺍﻧﺎﺍﻋﻠﻢﻓﻳﻤﻥﻧﺯﻟﺕﻭﺍﻳﻥﻧﺯﻟﺕﻭﻟﻭﺍﻋﻠﻢﻣﻜﺎﻥﺍﺣﺪﺍﻋﻠﻢﺑﻛﺗﺎﺏﷲﻣﻨﻲﺗﻨﺎﻟﻪﺍﻟﻣﻄﺎﻳﺎﻷﺗﻳﺗﻪ
Artinya:
’’Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Ya tidak ada satu ayat pun dari kitab Allah yang turun, kecuai aku tahu untuk siapa dan dimana diturunkan. Seandainya kutahu tempat orang yang lebih paham dariku tentang kita Allah, pasti aku akan menjumpainya.
2.      Pendekatan analogi (qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyyah, para sarjana muslim menganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat Makkiyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyyah, ayat ini termasuk kategori ayat madaniyyah. Tentu saja para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang nantinya ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu. Umpamanya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makiyyah. Dan tema menetapkan faraid dan ketentuan hak sebagai ciri khusus madaniyyah.

C. CIRI- CIRI SURAT MAKKIYYAH DAN MADANIYYAH
Ada enam hal yang menjadi ciri khusus yang Qath’i (pasti) bagi surat makkiyah yaitu:
1.      Setiap surat yang terdapat ayat sajdah didalamnya adalah surat makkiyah.Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah ayat sajadah dalam al-Qur’an ada 16 ayat yang terletak pada surat-surat tertentu.
2.      Setiap surat yang didalam nya terdapat lafaz  “ﻛﻼ adalah Makkiyah. Misalnya “ﻛﻼﺳﻮﻑﺗﻌﻠﻤﻮﻥ” yang terdapat dalam surat At-Takasur.
3.      Setiap surat yang terdapat didalamnya kalimat seruan ”ﻳﺎﺍﻳﻬﺎﺍﻟﻨﺎﺱ” dan tidak didapat seruan “ﻳﺎﺍﻳﻬﺎﺍﻟﺬﻳﻥﺍﻣﻨﻮﺍ” adalah Makkiyah, kecuali surat Al-Hajj dimana walaupun ayat 77 terdapat ” ﻳﺎﺍﻳﻬﺎﺍﻟﺬﻳﻥﺍﻣﻨﻮﺍ” namun ia tetap dipandang makkiyah.
4.      Setiap surat yang terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu adalah makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah.
5.      Setiap surat yang terdapat didalamnya kisah Nabi Adam dan iblis adalah makkiyah kecuali surat Al-Baqarah.
6.      Setiap surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijayyah adalah makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali-Imran.Contoh huruf hijayyah di awal surat antara lain  ﺣﻢ-ﺍﻟﻢ-ﻳﺲ- ﺍﻟﺮ
dan sebagainya.

Selain enam ciri-ciri qath’i (pasti) diatas, surat makkiyah juga memiliki ciri-ciri yang bersifat aqlaby (kebiasaan) bagi surat-surat makkiyah adalah :
1.      Secara umum ayat-ayat dan suratnya pendek-pendek.
2.      Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat atau akherat serta manggambarkan tentang keadaan surga dan neraka.
3.      Mengajak manusia untuk berakhlak mulia.
4.      Membantah orang musyrik dan menjelaskan tentang kekeliruan mereka.
5.      Didalamnya terdapat lafaz sumpah.


Ciri-Ciri Surat Madaniyyah
Surat madaniyah  juga memiliki cici-ciri yang qath’i (pasti) dan ciri-ciri yang aqlaby (kebiasaaan).Ciri-ciri yang bersifat qath’i (pasti) untuk surat madaniyah adalah:
1.      Setiap  surat yang didalamnya terdapat ayat-ayat yang menjelaskan izin berjihad (berperang) atau berisi penjelasan tentang masalah hukum berperang adalah surat madaniyah.
2.      Setiap surat yang memuat paenjelasn secara terperinci tentang hukum pidana, hukum faraidh atau warisan, hukum perdata, kemasyarakatan, dan kenegaraan adalah madaniyyah.
3.      Setiap surat yang didalamnya ada menyinggung tentang keadaan orang-orang munafik adalah madaniyyah, kecuali surat An-Kabut yang diturunkan di mekkah.Hanya sebelas ayat pertama dari surat An-kabut yang madaniyyah, yang isinya menjelaskan tentang keadaan orang-orang munafik.
4.      Setiap surat yang membantah kepaercayaan atau pendirian ahlul kitab (yahudi/nasrani) yang dipandng keliru serta maengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan ajaran agamanya adalah madaniyah.

Selain empat ciri-cirinya yang qath’i (pasti) diatas surat-surat madaniyah juga memiliki beberapa ciri-ciri yang bersifat aqlaby (kebiasaannya) diantaranya adalah:
1.      Sebagian surat-suratnya panjang-panjang dan ayat-ayat juga panjang-panjang, selain itu gaya bahasanya juga cukup jelas dalam menerangkan masalah-masalah hukum.
2.      Menerangkan secara terperinci dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat-hakikat keagamaan.

D.PERBEDAAN–PERBEDAAN HAKIKI ANTARA AYAT-AYAT MAKKIYYAH DAN MADANIYYAH
                
Sejauh ini kita belum menemukan keraguan dan jenis kritik  lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.Akan tetapi meskipun demikian, sebaiknya kami memaparkan penafsiran paling logis dari perbedaan antara kelompok surah makkiyah dan madaniyah meskipun sebagiannya telah kami jelaskan ketika mengkritisi dan mendiskusikan keraguan-keraguan yang dilontarkan para misionaris.
Akan lebih baik jika sebelum itu kita menyebutkan perbedaan-perbedaan hakiki antara kelompok surat makkiyah dan madaniyah, baik yang berkaitan dengan gaya bahasa maupun tema pembahasan Al-qur’an tersebut. Kemudian kita menghubungkan perbedaan –perbedaan tersebut dengan penjelasan kita sebelumnya, yaitu bahwa perbedaan-perbedaan itu karena kondisi dakwah dan tujuan-tujuan yang harus diwujudkannya.Karena sasaran (dakwah) akan ber
Hasil diwujudkan dengan cara memadukannya dengan cara pemaparan dan penjelasan (materi dakwah yang tepat).
Ringkasan dari perbedaan-perbedaan dan ciri-ciri khusus kelompok surat makkiyah dengan kelompok surat madaniyah adalah sebagai berikut:
1.      Pada dasarnya kelompok surah makkiyah memberikan solusi-solusi yang berkaitan dengan permasalahan syirik dan ateisme, yaitu dengan berasaskan paa psikologi dan sesuai dengan logika, dan diwujudkan dengan akhlak yang mulia dan jiwa sosial yang tinggi.
2.      Al-Quran juga telah menegaskan bahwa pada alam ini terdapat keajaiban ciptaan Allah Swt untuk menunjukkan keberadaan Yang Maha Pencipta sebagai pengatur alam ini. Al-Quran juga menegaskan tentang alam gaib, hari kebangkitan, pembalasan, wahyu, dan kenabian, lalu dikaitkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti.
3.      Al-Quran juga berbicara mengenai masalah akhlak dalam bentuk pengertian umum dengan memperhatikan faktor eksternal dan cara penerapannya dalam masyarakat, serta berhati-hati engan segala bentuk penyimpangan, seperti kekhafiran, maksiat, kebodohan, perselisihan, kesombongan, dan sebagainya yang termasuk kedalam jenis perbuatan dosa dan memperturutkan hawa nafsu.
4.      Al-Quran juga menceritakan kisah para nabi, rasul dan kondidi-kondisi yang beragam yang pernah dihadapi oleh para nabi tersebut dari kaum dn umat mereka dalam rangka menegakkan keimana dan memberantas kekhafiran.
5.      Al-Quran menggunakan metode keindahan irama dan pemaparan yang singkat dalam menjelskan ayat-ayat atau surat-surat yang lainnya.

E.SURAT-SURAT MAKKIYYAH DAN MADANIYYAH
           
Adapun surat-surat Makkiyyah dan Madaniyyah yang kita dapati pada setiap Al-Quran semuanya sudah di atur sedemikian rupa oleh para-para ilmuwan, pakar, sarjana, dan peneliti muslim yang membahas ataupun mengkaji ayat demi ayat dalam Al-Quran.
            Berikut nama- nama surat dalam Al Quran yang Makkiyah dan Madaniyah:
1.      Al-Fatihah                   : Ada yang mengatakan Makkiyah,dan ada yang mengatakan Madaniyyah.
2.      Al-Baqarah                  : Madaniyyah,hanya ayat 281 yang diturunkan di Mina (Makkiyyah)
3.      Ali Imran                     : Madaniyyah
4.      An Nisa                       : Madaniyyah
5.      Al Maidah                   : Madaniyyah
6.      Al Al’am                     : Makkiyah
7.      Al A’raf                      : Makkiyah
8.      Al Anfal                      : Madaniyyah
9.      At Taubah                   : Madaniyyah
10.  Yunus                          : Makkiyah
11.  Hud                             : Makkiyah
12.  Yusuf                          : Makkiyah
13.  Ar Ra’du                     : Makkiyah
14.  Ibrahim                        : Makkiyah
15.  Al Hijr                         : Makkiyah
16.  An Nahl                      : Makkiyah
17.  Bani Israil                    : Makkiyah
18.  Al Kahfi                      : Makkiyah
19.  Maryam                       : Makkiyah
20.  Ta Ha                          : Makkiyah
21.  Al Ambiya                  : Makkiyah
22.  Al Hajj                                    : Madaniyyah
23.  Al Mu’minun              : Makkiyah
24.  An Nur                        : Madaniyyah
25.  Al Furqan                    : Makkiyahl                            
26.  As Syu’ara                  : Makkiyah
27.  An Nam                      : Makkiyah
28.  Al Qashash                  : Makkiyah
29.  Al ‘Ankabut                : Makkiyah
30.  Ar Rum                       : Makkiyah
31.  Luqman                       : Makkiyah
32.  As Sajdah                    : Makkiyah
33.  Al Ahzab                     : Madaniyyah
34.  Saba                            : Makkiyah
35.  Fathir                           : Makkiyah
36.  Ya Sin                         : Makkiyah
37.  As Shaffat                   : Makkiyah
38.  Shad                            : Makkiyah
39.  Az Zumar                    : Makkiyah
40.  Al Mu’min                  : Makkiyah
41.  Ha Mim Sajadah         : Makkiyah
42.  As Syura                     : Makkiyah
43.  A Zukhruf                   : Makkiyah
44.  Ad Dukhan                 : Makkiyah
45.  Al Jasyiah                    : Makkiyah
46.  Al Ahqaf                     : Makkiyah
47.  Muhammad                 : Madaniyyah
48.  Al Fath                       : Madaniyyah
49.  Al Hujurat                   : Madaniyyah
50.  Qaf                              : Makkiyah
51.  Az Zariyat                   : Makkiyah
52.  At Thur                       : Makkiyah
53.  An Najm                     : Makkiyah
54.  Al Qamar                    : Makkiyah
55.  Ar Rahman                  : Madaniyyah
56.  Al Waqi’ah                  : Makkiyah
57.  Al Hadid                     : Madaniyyah
58.  Al Mujadilah               : Madaniyyah
59.  Al Hasyr                      : Madaniyyah
60.  Al Mumtahanah          : Madaniyyah
61.  As Shaf                       : Madaniyyah
62.  Al Jumu’ah                  : Madaniyyah
63.  Al Munafiqun             : Madaniyyah
64.  At Taghabun               : Madaniyyah
65.  At Thalaq                    : Madaniyyah
66.  At Tahrim                    : Madaniyyah
67.  Al Mulk                       : Makkiyah
68.  Al Qalam                     : Makkiyah
69.  Al Haqqah                   : Makkiyah
70.  Al Ma’arij                    : Makkiyah
71.  Nuh                             : Makkiyah
72.  Al Jinn                         : Makkiyah
73.  Al Muzzammil            : Makkiyah
74.  Al Mudassir                : Makkiyah
75.  Al Qiyamah                 : Makkiyah
76.  Ad Dahru                    : Madaniyyah
77.  Al Mursalat                 : Makkiyah
78.  Naba                            : Makkiyah
79.  An Nazi’at                  : Makkiyah
80.  ‘Abasa                         : Makkiyah
81.  At Takwir                    : Makkiyah
82.  Al Infithar                   : Makkiyah
83.  At Tathfif                    : Makkiyah
84.  Al Insyiqaq                 : Makkiyah
85.  Al Buruj                      : Makkiyah
86.  At Thariq                     : Makkiyah
87.  Al A’la                        : Makkiyah
88.  Al Ghasyiah                : Makkiyah
89.  Al Fajr                         : Makkiyah
90.  Al Balad                      : Makkiyah
91.  As Syams                    : Makkiyah
92.  Al Lail                         : Makkiyah
93.  Ad Dhuha                   : Makkiyah
94.  Al Insyirah                  : Makkiyah
95.  At Tin                          : Makkiyah
96.  Al ‘Alaq                      : Makkiyah
97.  Al Qadr                       : Makkiyah
98.  Al Bayyinah                : Madaniyyah
99.  Al Zilzal                      : Madaniyyah
100.                      Al ‘Adiyat       : Makkiyah
101.                      At Takasur      : Makkiyah
102.                      Al Qari’ah       : Makkiyah
103.                      Al ‘Ashr          : Makkiyah
104.                      Al Humazah    : Makkiyah
105.                      Al Fil               : Makkiyah
106.                      Quraisy            : Makkiyah
107.                      Al Ma’un         : Makkiyah
108.                      Al Kausar        : Makkiyah
109.                      Al Kafirun       : Makkiyah
110.                      An Nashr         : Madaniyyah
111.                      Al Lahab         : Madaniyyah
112.                      Al Ikhlas         : Madaniyyah
113.                      Al Falaq          : Madaniyyah
114.                      An Nas            : Madaniyyah

PENAFSIRAN YANG BENAR UNTUK MEMBEDAKAN KELOMPOK SURAH MAKKIYAH
            Untuk mempelajari perbedaan antara kelompok surah Makkiyah dan kelompok surah madaniyah, kita dapat mengetahui dengan melihat ciri-ciri dan keistimewaan berikut ini.
            Pertama, bahwasanya perbedaan-perbedaan yang ada pada keduanya bukan merupakan batas yang memisahkan kedua kelompok surah tersebut dalam al-Quran. Aakan tetapi perbedaan-perbedaan itu merupakan karakteristik khusus keduanya. Hal itu dapat kita buktikan dengan adanya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, keterkaitan dengan gaya bahasa umum Al-Quran secara keseluruhan yang memiliki keistimewaan berupa perpaduan berbagai pemikiran dan pemahaman dalam rangka untuk memberikan pengaruh positif bagi aktivitas perubahan sosial sebagaimana yang pernah kami jelaskan sebelumnya.
            Kedua,bahwasanya dakwah islam dimulai di mekkah selama 13 tahun lamanya. Waktu selama itu dinisbatkan kepada lamanya waktu di turunkan al-Quran yang di anggap sebagai waktu penanaman dasar-dasar, aturan-aturan, dan pemahaman umum tentang akidah ilahi, alam gaib, aklak, aturan-aturan sejarah yang mengatur perjalanan sejarah, dan kehidupan masyarakat.
            Kenyataan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa kelompok surah makkiyah memiliki keterkaitan, baik dari sisi kandungan maupun tema-tema yang terdapat di dalamnya, dengan dasar-dasar dan tiang-tiang pokok risalah yang baru, yang hal ini merupakan kandungan yang paling banyak terdapat dalam kelompok surah makkiyah dibandingkan dengan tema pembahasan lainnya.
            Masyarakat Madinnah merupakan masyarakat yang pelik dan penuh dengan permasalah sehingga al-Quran pada kelompok surah madaniyah tidak begitu memerlukan pembahasan menganai dasar-dasar dan tiang-tiang pokok tentang agama karena pembahasan mengenai hal tersebut telah di jelaskan dalam kelompok surah makkiyah.
            Ketiga, proses perubahan sosial memerlukan perhatian khusus mengenai kondisi dan tabiat masyarakat yang menjadi objek perubahan tersebut juga memfokuskan perhatiannya terhadap berbagai persoalan pemikiran, politik,sosial, dan penyakit-penyakit moral yang terjadi pada masyarakat tersebut, dan sampai tercapai perubahan yang sesuia dengan yang di inginkan.
            Pada ciri yang pertama, kita dapat melihat bahwa masyarakat mekah adalah masyarakat yang penuh dengan kepercayaan ateis jika dilihat dari sisi akidah. Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar jika al-Quran pada waktu itu banyak menyinggung masalah perlawanan terhadap kemusrikan, ateisme, dan perdebatan yang panjang tentang gaya dan metode-metode yang bermacam-macam dalam menghadapi hal tersebut.
            Pada ciri yang ke dua, kita juga dapat mengetahui bahwa masyarakat mekkah sebalumnya belum mempercayai pemikiran yang menyatakan bahwa Allah Swt adalah Esa. Mereka juga tidak dapat mempercayai alam gai, hari kebangkitan, hari pembalasan, wahyu dan persoalan lain yang menyangkut permasalahan alam gaib, serta keoercayaan bahwa semua hal di atas dapat mempengaruhi alam kehidupan manusia dalam interaksi sosialnya. Pemikiran-pemikiran di atas merupakan bagian dari kaidah asasi risalah dan akidah islam.
            Pada Ciri yang ketiga, penegasan terhadap masalah moral dalam kelompok surah makkiyah yang tidak terdapat pada kelompok surah Madaniyah di sebabkan tiga hal berikut ini.
1)      Bahwasanya moral merupakan dasar dari aturan sosial dalam pandangan islam..
2)      Untuk mewujudkan suatu keberhasilan dakwah, maka ia memerlukan adanya perasaan kemanusiaan yang baik dan fitrah yang sehat
3)      Bahwasanya masyarakat madinah menyerap pelajaran moral dari penerapan langsung yang di contohkan oleh Rasulullah saw sendiri
Pada Ciri yang ke Empat, kita dapat menemukan bahwa kisah-kisah dalam al-Quran bercerita tentang tema-tema dan persoalan-persoalan yang menyangkut kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, alam gaib, wahyu, aklak, hari kebangkitan, dan hari pembalasan. Semuanya itu merupakan gambaran tahapan-tahapan yang di lewati dalam dakwah, dan cara untuk menghadapimusuh-musuh dalam berdakwah.
Semua permasalahan tersebut memiliki keterkaitan dengan kondisi-kondisi yang dilewati dalam menyampaikan dakwah dan risalah islam di mekkah. Hal tersebut, dalam perkembangan nya, juga memiliki keterkaitan dengan kemaslahatan dan dalam mewujudkan tujuan dakwah tersebut.
Oleh karena itulah, kelompok surah Madaniyah pun sama sekali tidak mengabaikan kisah-kisah dalam surah-surahnya tetapi kisah-kisah tersebut dijelaskan dengan menyesuiakan dengan kondisi dakwah ketika itu. Penjelasan mengenai hal ini akan di sampaikan pada pembahasan berikutnya mengenai kisah-kisah dalam al-Quran.
Pada Ciri yang kelima, ia berkaitan dengan tahapan dan sisi kemukjizatan, karena periode dakwah di mekkah menuntut di hancurkannya pemikiran jahiliyah yang telah tersebar pada masyarakat. Gaya bahasa yang keras tampaknya akan memberikan pengaruh positif dalam mengurangi kesulitan-kesulitan perlawanan keras kaum kafir jahiliyah.
Ketika al-Quran menantang bangsa arab untuk membuat satu surah seperti al-Quran, maka gaya bahasa yang ringkas dalam suatu surahakan lebih dapat memperjelas kemukjizatan al-Quran,dan dapat memberikan pengaruh yang baik dan mendalam.
Perseteruanyang sedang terjadisebenarnyaadalahperseteruan mengenaimasalahsyiar danpenjelasan mengenaipemahaman-pemahamanumumtentang alam dan kehidupan. Gaya bahasa yang pendek dan ringkas tampaknya lebih sesuai untuk menangani perseteruan ini dari pada menggunakan gaya bahasa yang terperinci. Oleh karena itu surah-surah pendek di anggap sebagai tahapan pertama pada tahapan-tahapan yang terdapatdalam kelompok surah Makkiyah.
Setelah islam menjadi penguasa dan pengendali kondisi masyarakat. Setelah permasalahan mengenai wahyu dan keterkaitannya dengan kekuatan langit menjadi jelas, dan juga setelah tahapan dakwah berganti, maka di perlukan gaya lain dalam memberikan pemaparan dan menjelaskan.
Dari pengetahuan tentang keistimewaan dan karakteristik kelompok surah makkiyah, maka kita akan mengetahui alasan-alasan keistimewaan dan ciri-ciri kelompok surah Madaniyah.Di antaranya ciri-ciri itu adalah bahwa pembahasan dalam kelompok surah madaniyah, baik berupa hukum-hukum syariat, perundang-undangan sosial, maupun perdebatan tentang Ahlulkitap dalam akidah dan penyimpangan –penyimpangan mereka, dijelaskan dengan terperinci dan di sesuaikan dengan kondisi madinah.
Hal yang sama berlaku pada penjelasan tenbtang sikap al-qur’an terhadap kaum musyrik permasalahan jihat dan berperang melawan kaum musyrik, serta sikap politik dan sosial terhadap mereka.
Perseteruan antara dakwah islam dan musuh-musuhnya di Madinnah berubah dari yang semula mengenai dasar dan asas umum akidah menjadi hal yang lebih terperinci, yang batasan dan bentuk-bentuknya berkaitan dengan proses dalam melawan penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan oleh golongan Ahlulkitab. Hal itu juga berkaitan dengan cobaan-cobaan yang menimpa masyarakat yang telah menjalankan hukum baru ini, serta tekanan tekanan yang datang dari aturan per undang-undang lain.
Dengan demikian, perbedaan antara kelompok surah Makkiyan dengan Madaniyah memiliki kesesuaian dengan konsep kita mengenai tujuan di turunkannya al-Quran dan selaras dengan perhatian al-Quran terhadap kondisi masyarakat, yang semuanya di maksudkan untuk mewujudkan segala sasaran dan tujuan al-Quran itu sendiri. 

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan yang telah di jelaskan ilmu makkiyah dan madaniyah itu merupakan salah satu ilmu yang penting. walaupun itu bukan kewajiban bagi setiap umat.
            Ilmu makkiyah dan madaniyah banyak yang menyatakan makkiyah itu turun di mekkah dan madaniyah turun di madinah. Pendatap tersebut benar tapi belum bisa di pastikan,karena masih terdapat permasalahan-permasalahan yang lain seperti waktu, tempat, objek, dan temanya.
            Maka dari itu, Ulama-ulama telah bersepakat utuk menyusun semua itu dan sekarang ini telah tersusun semua itu. Dan uvtuk kita mengetahui mana surat makkiyah dan mana surat madaniyah bisa kita lihat pada al-Quran yang kita pegang sekarang ini.



2 comments: